November 23, 2024

Bangun dan Bongkar Isolasi di Manggarai

0

Rumah Adat Ruteng Puu, Manggarai Tengah.

Oleh :  Konstantinus Hati, S.St.,M.Kes,  Kepala Seksi Advokasi dan Penggerakan pada Dinas P2KBP3A Kabupaten Manggarai

MENGABDIKAN diri. Melakukan segala sesuatu yang baik untuk masyarakat kecil khususnya dan masyarakat pada umumnya merupakan suatu perbuatan mulia bagi sesama dan Tuhan. Berbakti dengan penuh tanggung jawab atas tugas yang dipercayakan sesama sebagai anggota masyarakat adalah salah satu tugas pelayanan bagi setiap orang yang berakhlak baik.

Rumah Adat Ruteng Puu, Manggarai Tengah.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “abdi” memiliki arti orang bawahan, pelayan atau hamba. Arti lainnya budak tebusan, orang yang bekerja pada raja atau pemerintah. Sedangkan kata mengabdi artinya menghamba, mengabdikan diri berarti menghambakan diri.  Di sini lebih pada kata “berbakti” artinya mereka berjanji akan benar-benar kepada nusa dan bangsa.

Mengabdikan diri untuk masyarakat adalah salah satu pilihan dari segelintir orang pintar untuk berbakti totalitas untuk masyarakatnya. Banyak orang pintar di nusantara ini tetapi hanya sedikit yang mau berkorban atau memiliki jiwa pro patria (negara).

Pada zaman sebelum kemerdekaan tokoh pergerakan Boedi Oetomo melakukan sebuah pembangunan dengan mengajak pemuda Indonesia untuk menyelenggarakan Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.

Dalam rekam jejak  dokter pejuang dan pelopor kebangkitan nasional pada tanggal 20 Mei 1908 merupakan hari lahir organisasi modern pertama di Tanah Indonesia. Putra Nasional yaitu Wahidin Soedirohoesodo dan Soetomo mendirikan Boedi Oetomo merupakan embrio dari semangat Nasionalisme di Nusantara.

Setelah Sumpah Pemuda diselenggarakan, sejak itu Bung Karno adalah salah satu murid dari Dr. Ernest Francois Eugene Doewes Dekker.

Pejuang Kemerdekaan Indonesia yang lahir di Kota Pasuruan pada 8 Oktober 1879 ini sempat menjabat dalam Kabinet Syahrir III. Doewes Dekker merupakan tokoh revolusioner yang berhasil menggetarkan Belanda dan mempengaruhi Bumiputra untuk merdeka dengan langkah yang mendirikan partai politik pertama di Indonesia bernama Indische Partij.

Di dalamnya ada Tjipto Mangunkoesoemo dan Ki Hajar Dewantara. Lalu di ikuti oleh Tjokroaminoto mendirikan Serikat Islam dan kemudian Ir. Soekarno mendirikan Partai Nasional Indonesia. Doewes Dekker dan Tjokroaminoto pada zaman itu adalah guru dari proklamator. Doewes Dekker ini menjuluki Soekarno adalah juru selamat bangsa.

Dalam tuturnya, Soekarno mengatakan gerakan Boedi Oetomo adalah pemeran utama mengantarkan Rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Sampai pada waktunya Soekarno mengajak para pemuda Indonesia untuk bersatu dan berjuang terus melawan Belanda.

Soekarno, dalam pengabdiannya untuk mengantar Bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang Kemerdekan adalah menyusun berbagai strategi, salah satu strategi membaca pergerakan Belanda melalui kerja sama dengan para pelacur dengan semboyannya,”berikan aku 10 pelacur maka aku bisa memporakporandakan Belanda” dan “berikan aku 10 pemuda maka aku bisa membangun dunia”.

Hal ini dilakukan Soekarno guna tercapainya tujuan memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia. Strategi mengumpulkan pelacur adalah indah pada waktunya, karena tentara Belanda selalu menggauli wanita pelacur dan para pelacur ini menunjukkan perilaku cengeng.

Mereka, para pelacur dalam kecengengan mereka sambil menanyakan bagaimana strategi Belanda melawan Indonesia dan mengejar Soekarno. Kemudian, para pelacur menceritrakan kesemua itu kepada Bung Karno sang Juruselamat Indonesia.

Tidak berhenti di situ Ir. Soekarno terus berjuang menggali Pancasila sebagai Dasar Negara yang ditemukannya di kota Ende selama pengasingan terhadap dirinya oleh kolonial Belanda. Beliau menemukan rumusan Pancasila dari buku Negara Kertagama tahun 1365 yang ditulis oleh Empu Pra Panca. Beliau juga membaca buku Sutasoma tulisan Empu Tantular sehingga menemukan seloka yang berbunyi Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua yang artinya walau pun berbeda namun satu jua adanya.

Sampai akhirnya pada tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang Dokuritsu Junbi Cosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan) Soekarno berpidato dengan judul “Lahirnya Pancasila”.

Pada saat inilah Soekarno pertama kali menyampaikan rumusan Pancasila. Sebelumnya oleh Soekarno pidatonya secara aklamasi tanpa judul namun oleh mantan ketua BPUPKI Dr. Radjiman Wedyodiningrat menyebut judul Pidato itu adalah Lahirnya Pancasila, sehingga sampai sekarang tanggal 1 Juni merupakaan hari lahir Pancasila.

Tanggal 1 Juni 1945, dibentuk panitia Sembilan oleh BPUPKI yang diketuai oleh Soekarno dan wakilnya Drs. Mohammad Hatta dengan anggotanya terdiri dari Mr. Achmad Soebarjo, Mr. Mohammad Yamin, H. Agus Salim, KH. Wachid Hasyim, Abdoel Kahar Moezakir, Abikoesno Tjokrosoejoso, Mr. Alexander Adrias Marasmis. Panitia Sembilan didirikan dengan tujuan mengumpulkan aspirasi tentang dasar Negara yaitu Pancasila.

Selama kepemimpinannya sebagai Presiden RI pertama, Ir. Soekarno membangun konsep proletar atau cinta petani. Konsep ini dikembangkan oleh tokoh berikutnya dalam pembangunan selama kepemimpinan Soeharto yaitu membuka lahan persawahan, tebu, waduk, dan sapi IDT.

Zaman Soeharto

Melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA) Presiden Soeharto membangun Indonesia star dari Barat menuju Timur Indonesia. Dengan sistem manajemen kepemimpin yang rapi dan terstruktur Soeharto mampu menekan gejolak mental bangsa, sehingga pada zamannya Indonesia tenang.

Pembangunan di NTT

Di NTT, tokoh terkenal Lalamentik, Eltari dan Dokter Ben Boy melahirkan program Nusa Hijo, Nusa Makmur dengan membangun sawah menjadi lumbung padi setiap kabupaten, menanam pisang, pohon enau/tuak, kopi dan mendirikan Koperasi Unit Desa untuk melindungi masyarakat dari intimidasi harga tani oleh pemodal besar.

Membuka jalan, sekolah dan rumah sakit serta Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskemas), reboisasi dan pelestarian lingkungan dan melestarikan budaya serta integrasi dengan gereja melalui persatuan budaya dan ajaran gereja yang sering kita sebut inkulturasi.

Melalui inkulturasi pewartaan ajaran gereja cepat sekali tertanam dengan internalisasi nilai-nilai Kitab Suci sebagai kekuatan iman Nasrani. Bersama gereja dan oleh gereja sendiri juga semua Pemimpin NTT membangun karakter anak Nusa Tenggara sehingga melahirkan bangsa putra dan putri daerah ini, sampai banyak tokoh NTT berkecimpung dan berkompetensi pada kasanah Nasional dan Internasional.

Pembangunan di Manggarai

Di Manggarai Bupati Frans Sales Lega, membuka isolasi dan keterbelakangan Manggarai. Membuka bandara serta program menanam tanaman perdagangan seperti kemiri, kopi, cengkeh, Pisang dan lainnya.

Karya pembangunan bergaya prorakyat ini terukir sampai pada zaman bupati Drs. Gaspar Parang Ehok. Membuka isolasi di Manggarai dengan merintis jalan ke beberapa pelosok terjauh, menata jalan di Kota Ruteng, membangun gorong-gorong, termasuk tratoar dalam kota.

Pada Bupati Dr.Anton Bagul Dagur banyak masalah perang tanding yang bisa diselesaikan dengan bagus sehingga sampai sekarang Manggarai aman. Selain itu, beliau membangun Stadion Olah Raga, Ruko dan membuka ruang kota Ruteng perluas ke Selatan dengan membangun banyak lorong jalan dan ditata dengan baik.

Selain itu bupati Anton Bagul Dagur melaksanakan program pelestarian budaya dengan menulis buku tentang Budaya Manggarai dan melakukan seminar budaya yang dihadiri oleh beberapa tokoh adat Manggarai.

Pendekatan pemberdayaan ini telah mendorong setiap gendang di Manggarai selalu melestarikan budaya Manggarai sebagai suatu kekayaan yang nilai sangat mahal dan unik.

Sampai sekarang terbentuk beberapa sanggar Budaya yang melahirkan generasi yang cinta budaya dan memahami budaya Manggarai yang terancam punah. Namun, sampai dengan tahun 2004, kondisi Manggarai masih terdapat beberapa daerah terisolasi dari pembangunan antara lain beberapa wilayah Selatan seperti Dintor, Pocoleok sampai Papo dan beberapa wilayah Cibal seperti Cibal Barat, dan yang paling udik adalah Wilayah Reok Barat kedaluan Nggalak, Pasat dan Ruis.

 Sawah Percontohon di Kajong, Kedaluan Nggalak

Adak Todo Membangun Sawah Contoh di Kedaluan Nggalak merupakan bentuk pemberdayaan pertama di Reok Barat. Salah satu kedaluan dari 38 kedaluan dan satu penggawa di Adak Todo Manggarai adalah kedaluan Nggalak.

Dua kedaluan yang berapitan dengan wilayah ini adalah kedaluan Ruis dan Pasat. Sehingga sering orang sebut sekarang adalah Ruis-Pasat-Nggalak sebenarnya merujuk pada kedekatan karekteristik budaya dan wilayah dari ketiga kedaluan ini.

Pada zaman pemerintahan Adak Todo tahun 1931 sebuah pembangunan yang dilakukan oleh Raja Todo pada ketiga Kedaluan ini adalah membuka sawah percontohan di Kajong tempat Dalu Nggalak, menetap (Kajong sebagai Ibukota Kedaluan Nggalak).

Pada zaman itu di Kajong merupakan Lumpung dari Gendang Nggalak (sampai sekarang masih ada Lumpung Kedalukan Nggalak di Kajong). Bentuk pembangunan sawah percontohan ini diminta oleh Raja Todo kepada pemimpin kedaluan Nggalak agar di Lingko Wae Kajong pada Lumpung Kajong ini dijadikan Sawah Contoh (percontohan).

Pada waktu itu jadilah Kajong sebagai wilayah Sawah Contoh. Ada empat kedaluan dan Adak sendiri yang mendapat bagian dari pembagian sawah contoh tersebut pada waktu itu yaitu Nggalak sendiri, Adak Todo, Ruis, Pasat dan Rego.

Secara adat pemangku kekuasaan dalam Lumpung Kajong adalah Dalu Nggalak sendiri. Dan untuk mewakili kedaluan dari luar maka dipilih salah satu kedaluan yaitu Dalu Pasat dan orang yang ditunjuk pada waktu itu adalah Kraeng Mateus Mbombo, turunan Empo Tua Gendang Lantar Wae Wua sekarang. Sejak sawah percontohan di Kajong ada maka pemenuhan kebutuhan padi wilayah Utara Manggarai sudah mulai teratasi karena banyak penduduk yang paham tentang kerja sawah.

Banyak lahan air dimanfaatkan untuk sawah. Itulah sebabnya sampai sekarang di Kajong selain sawah Tuan Tanah, ada juga nama Sawah Adak, Sawah Rego, Sawah Pasat dan Sawah Ruis. Sampai sekarang keterwakilan dari beberapa kedaluan itu masih merawat sawah bagian mereka. \

Dan hal ini bentuk kebijakan pemimpin Dalu Nggalak yang tidak mengusir mereka setelah mengerti membuat sawah. Inilah bentuk pemberdayaan pertama di wilayah Reok Barat. Tangan manis lain zaman Adak Todo terhadap wilayah Reok Barat adalah menempatkan gelarang adak di wilayah Nggalak untuk menjaga batas antara Rego dan Nggalak. Orang yang ditunjuk waktu itu adalah Kraeng Markus Mboy di Sambor. Selanjutnya sang adak bersama Dalu Nggalak, Ruis dan Pasat menggali jalan ke setiap kampung Kedaluan.

Lanjut Buka Isolasi

Lahirnya sosok pemimpin era 2005 di Manggarai. Sampai tahun 2005 jejak tangan Drs. Gaspar Parang Ehok, almarhum dalam pembangunan Manggarai masih tersisa dinikmati oleh banyak Rakyak Manggarai di beberapa daerah terpencil. Namun sisa-sisa pembangunan itu sudah hampir rusak total tetapi masih bisa digunakan. Misalnya pada waktu itu jalan Reo-Rego, Golo Welu-Tentang-jembatan Sunga Dur.  Banyak jalan menuju kampung kecil yang sekarang sudah jadi kecamatan. Rakyat jelata pada daerah seperti ini masih merindukan sosok “abdi Negara” yang benar-benar berbakti untuk membangun mereka.

Ketika paket Kredo yaitu Drs. Kristian Rotok dan DR. Deno Kamelus, S.H., M.H lolos terpilih menjadi pemimpin Manggarai maka banyak hal yang dibuat. Sosok pemimpin mereka membangun Manggarai dari keisolasian transportasi, pemenuhan kebutuhan air minum, sarana kesehatan dibuka di seluruh pelosok Manggarai, membuka sekolah dasar dengan gedung baru, irigasi serta membangun mindset masyarakat melalui berbagai sosialisasi program ke semua kecamatan dan desa.

Juru selamat untuk Reok Barat, kepemimpinan Kristian Rotok dan Deno Kamelus. Penderitaan masyarakat Reok Barat sebelum tahun 2005 sungguh mendalam dan susah dilupakan oleh generasi yang sempat hidup pada dua masa yaitu sebelum tahun 2005 dan setelah tahun 2005. Generasi yang hidup pada dua masa ini, pasti mereka menyebut masa sebelum tahun 2005 adalah masa sebelum kemerdekaan dan masa setelah tahun 2005 adalah masa kemerdekaan.

Itulah sebabnya penulis menjuluki Kristian Rotok dan Deno Kamelus adalah juru selamat bagi Reok Barat. Bagaimana tidak, penderitaan masyarakat Reok Barat berupa pikul kemiri, kopi, kedele dan lainnya dari kampung mereka menuju jalan raya dengan jarak paling dekat 5 km dan bahkan yang paling jauh 20 km.

Setelah mereka pulang belanja dari Reo mereka harus pikul lagi barang belanjaan mereka sejauh jarak yang sama di atas menuju kampung. Sedih memang, di daerah lain sudah menikmati kemerdekaan pada zaman itu namun mereka masih menderita. Selain penderitaan di atas, masyarakat Reok Barat mengalami susah air minum, pertanian masih tradisional, banyak lahan sawah yang tidak digarap.

Selanjutnya, zaman kepemimpinan Kristian Rotok dan Deno Kamelus, wilayah Reok Barat dibebaskan dari Isolasi. Hanya satu jalan yang ada aspal di wilayah ini pada zaman itu yaitu jalan Reo menuju Rego. Itu pun sudah banyak yang terkelupas karena memang masih sisa tangan manis pak Gaspar parang Ehok.

Rotok dan Deno menjamah rakyatnya diwilayah ini dengan membuka arus jalan ke seluruh pelosok Reok Barat yaitu membongkar isolasi di wilayah Ruis, Wilayah Pasat dan Nggalak.

Jalan aspal ReoRuis-Loce-Kajong. Jalan Aspal dari Nggorang-Kilit-Loce-Kajong. Jalan aspal dari Reo-Sambor. Jalan aspal dari kajong ke Singkul. Jalan aspal dari Kajong-Lante-Sambi-Nanu-Sunga Dur.

Penerangan tenaga surya di semua Kampung. Buka irigasi persawahan yang super luas di Singkul, Nggalak, Tureng dan Munta serta di semua tempat, saluran irigasi, perpipaan air minum dibeberapa Kampung sulit air, membuka pendidikan SMP di Kilit, SMP di Kajong, SMU di Loce, SMP di Robek, Jembatan ke Wangkal, Pustu Di Wangkal serta memberi sumbangan pembangunan Gendang dan Lumpung dan Gereja.

Namun demikian masih tersisa tunggakan yang masih dijanjikan. Pembangunan jalan dari Nggalak menuju Toda, Toda ke Lemarang, Lemarang ke Leheng dan Leheng ke Maki, Mbang ke Sambor, Mbang ke Kalo dan terus ke Wangkal, Ojang ke Lante, Lante ke Nanu.

Semua jalur Jalan di atas belum di aspal dan sebagian kecil belum dibuka namun sudah ada jalur jalan sejak zaman Kedaluan. Selain itu jalan aspal menuju Wangkal, jembatan Wae Ntorang dan pemekaran Desa. Termasuk di dalamnya pembangunan kembali rumah gendang dan lumpung yang sudah rusak misalnya gendang Munta dan Lumpung Kajong.

Selain itu, Kepemimpinan Pak Deno dan Pak Viktor, tengah menggemparkan bursa desa sebagai strategi membangun desa dari perspektif sumber daya desa yang ada dan sesuai iklim geografis dan karakteristik penduduk.

Kepemimpinan Dr. Deno Kamelus dan Drs. Viktor Madur sungguh langgeng dan dekat dengan Masyarakat. Mereka mendayung bahtera pembangunan ini dari titik star yaitu dari titik terakhir capaian pembangunan sebelumnya. Akibatnya sungguh positif, artinya pembungunan berkelanjutan. Pendekatan pemberdayaan dan partisipatif masyarakat menjadi dasar pokir dalam penyusunan perencanaan sampai masuk ke dalam e-planing dan e-budgeting Kabupaten Manggarai.

Gaya pertanian dan perekonomian primitif tidak akan bisa bersaing di pasar modern. Masyarakat Manggarai masih banyak yang belum jenuh dengan gaya pertanian dan perekonomian primitif. Gaya pertanian masyarakat Manggarai belum fokus. Pilihan jenis tanaman pertanian yang ditanam bervariasi, tidak fokus dan masih dalam jumlah kecil. Kecuali Menanam jagung dan padi di sawah merupakan pilihan yang paling utama dan dianggap paling berharga, karena dianggap yang bisa mempertahankan hidup hanyalah padi dan jagung. Selain itu dikebun orang Manggarai selalu terdapat variasi tanaman holtikultura. Bila ada jagung pasti ada padi. Dan berselang kacang tanah, kacang bali, kacang tago, dan tanaman holtikultura lainnya seperti labu dan mentimun, namun jumlahnya selalu saja relatif sedikit sehingga hanya untuk kebutuhan sendiri. Jumlah kecil ini tidak bisa untuk dipasarkan guna menghasilkan uang yang berjumlah besar.

Tanaman perekonomian pun demikian. Orang Manggarai menanam kopi, cengkeh, fanili, kemiri dengan pola yang terwariskan leluhur. Tergambar dikebun pertanian jangka panjang orang Manggarai tidak terawat baik. Perolehan hasilnya pun tidak memuaskan sehingga akibatnya tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga.

Deno dan Madur, tampil membawa kepemimpinan kreatif dan humanis. Dalam Anderos 1961 mengatakan kreasi adalah proses pemikiran menemukan gagasan baru sebagai bagian dari sifat manusia yang dibentuk dari proses pengalaman sehingga orang tersebut selalu memperbaiki dan mengembangkan dirinya.

Pengertian ini mirip dengan pendapat Baron 1969 mengatakan bahwa kreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru.

Kepemimpinan kreatif merupakan gaya kepemimpinan yang penuh dengan ide sebagai pedoman membuat sesuatu yang baru untuk kemajuan organisasi yang dipimpinnya. Pemimpinnya tidak mentok pada panduan yang sudah diturunkan, melainkan selalu melakukan assessment untuk menemukan causal dari setiap permasalahan. Bahkan lebih jauh dari itu berkreasi membaca kondisi lebih dini lalu menganalisa bahwa hal itu akan terjadi masalah di hari esok.

Pendekatan analisis preventif atau mitigasi. Kreasi merupakan bridge to change the world. Banyak perubahan di dunia ini karena pemimpinnya penuh kreasi, inofasi dan humanis. Sedangkan Humanisme adalah pemikiran filsafat yang mengedepankan nilai dan kedudukan manusia serta menjadikannya sebagai kriteria dalam segala hal. Termasuk etika dan moral merupakan nilai yang dibentuk dan terinternalisasi dalam diri manusia memiliki landasan pokoknya adalah humanisme. Karena itu norma subyektif yang dikembangkan dalam memimpin di Manggarai adalah berlandaskan pada humanisme.

Etnisitas kehidupan masyarakat Manggarai adalah budaya sebagai panglima peradapan yang menjadi bingkai normatif dan moral yang lestari di tanah Nuca Lale. Orang Manggarai yang tidak berbudaya dianggap sebagai orang yang tidak memiliki nilai humanis atau nilai kemanusiaan. Dalam menjalankan kepemimpinan, Deno dan Madur selalu mengedepankan tri point yaitu kreasi, inovasi dan humanis. Itulah dasarnya banyak kemajuan dan perubahan di Manggarai.

Dalam Ben Senang Galus (2014), bukunya berjudul “Menalar Negara”, mengatakan, birokrasi adalah instrumen negara. Ia menjelaskan bahwa tuntutan akan segala perubahan di semua aspek kehidupan pada dasarnya bermuara pada pemerintah sebagai penyelenggara ketatanegaraan, dimana birokrasi merupakan salah satu komponen dari unsur pemerintah yang mempunyai posisi dan peran yang sangat signifikan dalam menjalankan roda pemerintahan.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah tedapat 5 pendekatan pembangunan yaitu pendekatan teknokrasi, pemberdayaan, politik, top down dan button up.

Pembangunan pemberdayaan potensi lokal Manggarai sudah mulai dikembangkan kepemimpinan Kristian Rotok dan Deno Kamelus, namun memberikan perhatian fokus dan tuntas baru dijalankan pada zaman kepemimpinan Deno dan Madur. Gaya yang ditunjuk oleh kedua pemimpin ini adalah menembak pada perilaku.

Unsur yang ditekankan pada behaviour adalah meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan memperbaiki tindakan yang salah. Sosialisasi program Simantri oleh beberapa Dinas terkait yaitu pertanian, peternakan, perikanan dan kelautan. Langkah manajemen P1 yang dilakukan adalah memberikan pengetahuan melalui program sosialisasi sehingga membuat masyarakat Manggarai memahami gaya pertanian dan perekonomian yang mendatangkan banyak uang. Pengetahuan yang didapatkan masyarakat membuat “sikap” memilih untuk merubah dari pola lama ke pola modern.

Selanjutnya, banyak masyarakat Manggarai yang mindset-nya bergeser ke pola modern. Kemajuan dalam bidang pemberdayaan ini merupakan kekuatan dasat membawa masyarakat ke sebuah kemajuan. Bisa mengimbangi tuntutan kemajuan yang menuntuk setiap orang harus mengikutinya dengan pengeluaran yang besar.

Selanjutnya pola pendekatan manajemen pemberdayan yang dilakukan P1 ini adalah pembentukan kelompok tani, kelompok ternak, kelompok tambak ikan, kelompok tenun dan beberapa kelompok usaha industri rumah tangga lainnya. Melalui kelompok ini proses selanjutnya dijalankan tanpa hambatan. Selanjutnya pelatihan tim pendamping. Oleh tenaga pendamping melakukan pelatihan dan pendampingan dalam praktek pertanian, perikanan, tenun dan lainnya langsung ke lapangan. Untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan dilakukan pelatihan fasilitator setiap program.

Langkah Manajemen P2 yang dilakukan adalah pendampingan terhadap kelompok pertanian, peternakan, pertenunan, perikanan dan industri rumah tangga lainnya. Dalam pelaksanaan pemberdayaan ini adalah pemberian modal, bibit dan alat. Pelatihan peningkatan skill menenun, beternak, bengkel, buka tambak. Memberikan alat kerja terhadap kelompok bengkel, ternak, tambak, dan penenun.

Selanjutnya, dalam P3, setiap OPD melakukan monitoring, penilaian dan evaluasi terhadap semua program yang dijalankan.

Niscaya,masyarakat Manggarai secara kasat mata kita bisa melihat terdapat perubahan pola pertanian, peternakan, perikanan, tenun dan industri rumah tangga lainnya. Banyak kelompok menghasilkan banyak uang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Kekayaan Manggarai Utara

Manggarai Utara adalah jalur wilayah perdagangan maritim untuk Flores bahkan NTT.  Transaksi ekonomi melalui pelabuhan laut mulai dari Larantuka, Maumere, Mbai, Pota, Dampek, Reo, Robek dan Lemarang serta Lewar sampai ending di Labuan bajo; merupakan jalur perekonomian yang mendatangkan keuntungan yang besar untuk daerah otonomi. Pelabuhan Kendidi merupakan pelabuhan yang memiliki bursa emas dan perak serta mangan untuk kesejahteraan cucu cece Manggarai Utara.

Hubungan dan sirkulasi ekonomi antara pelabuhan Kendidi dengan Tanjung Perak dan Pelabuhan Laut Soekarno Hatta Makasar sampai saat ini hanya diperankan oleh pemain ekonomi kapitalis berasal dari belahan bumi luar bukan putra Manggarai Utara.

Manggarai Utara memiliki kekayaan alam, buminya memiliki emas, perak dan mangan. Lahan untuk perkebunan, persawahan, kehutanan masih sangat luas. Memiki kekayaan laut seperti rumput laut, pasir pantai yang dan indah, air terjun yang indah, gua alam yang indah. Yang kesemuanya merupakan aset wisata yang bernilai rupiah tak terhingga jumlah. Digali tidak akan pernah habis malahan semakin banyak mendatangkan wisatawan manca negara dan domistik yang membawa susu dan madu untuk bumi Manggarai Utara. Selain itu, Manggarai Utara memiliki area yang luas untuk ibu kota Kabupaten.

Mengelola secara mandiri merupakan langkah yang baik untuk mencegah kapitalisme ekonomi lokal Manggarai Utara. Kapitalisme perekonomian di Manggarai Utara sudah berjalan sejak sebelum perekonomian global. Kekayaan Bumiputra Manggarai Utara hanya dinikmati oleh pemilik modal besar. Praktek kapitalisme yang dijalankan adalah jelas yaitu harga hasil tani ditentukan oleh pemilik modal, yang seharusnya bisa dijalankan oleh putra sendiri serta perlu dilindung, dijaga dan dikelola secara efektif, efisien, inovatif,kreasi dan humanis oleh pemerintah sendiri.

Bagaimana membangun Manggarai Utara. Pentingnya diskusi wacana pemekaran wilayah. Menengok cita-cita DPR GR (Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong) tahun 1960-an, yang pada waktu itu, salah satu anggotanya adalah bapak Lambert Kape, telah berjuang tentang pemekaran Wilayah Manggarai pada tingkat politik Legislatif.

Dalam keputusan politik tingkat Legislatif zaman itu yaitu membagi wilayah Manggarai dalam lima wilayah kabupaten yaitu Manggarai Tengah, Manggarai Barat, Manggarai Timur dan Manggarai Utara. Sejarah mulia keputusan Politik ini telah berhasil diperjuangkan oleh Yance Janggat, S.H, dkk dalam perjuangan membentuk Kabupaten Manggarai Barat pada Zaman Bupati Dr. Anton Bagul Dagur dan zaman Bupati Kristian Rotok dan Dr. Deno Kamelus Membentuk Manggarai Timur.

Dari lima Kabupaten dalam Keputusan politik DPR GR bersejarah itu sudah melahirkan dua Kabupaten Mekar, namun tinggal lagi Manggarai Utara dan Manggarai Selatan.

Konsep pemekaran wilayah merupakan salah satu konsep pembangunan yang membutuhkan persatuan serta integrasi pemikiran yang sepaham sebagaimana telah ditunjukan oleh tokoh Nasional di atas. Dalam hal ini, kepentingan umum dan kemajuan masyarakatlah yang menjadi konsisten tujuannya bukan kepentingan kelompok tertentu atau kepentingan jabatan.

Yang berperan penting dalam hal ini adalah regulasi dan keputusan politik. Wacana pemekaran wilayah selalu lahir dari persoalan lambatnya jangkauan pembangunan dikarenakan wilayah terlalu luas. Disini akan melahirkan tuntutan masyarakat baik yang bisa disadari oleh kalangan bawah maupun hanya bisa disadari oleh para akademisi yang peduli tentang pengembangan wilayah otonomi.

Syarat Regulasi pemekaran suatu wilayah kabupaten. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Tahun 1945 tidak mengatur perihal pemekaran suatu wilayah atau pembentukan daerah secara khusus namun disebutkan dalampasal 18 B ayat 1 bahwa Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.

Dalam ayat 2 bahwa Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat serta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam Undang-undang.

Berdasarkan bunyi ayat 1 pasal 18 UUD 1945 ini, tentu sulit bagi kita masyarakat Manggarai Utara untuk menjadi suatu wilayah kabupaten. Karena yang dilihat dalam hal ini adalah karekteristik khusus atau keistimewaan khusus. Walau pun sifat khusus atau sifat istimewa yang dimaksudkan dalam UUD 1945 tersebut tidak disebutkan dalam suatu klausal tersendiri.

Namun, dalam ayat 2 pasal 18 UUD 1945 di atas kita masyarakat Manggarai Utara mempunyai peluang untuk menunjukan kemampuan mengurus dan mengelola sendiri masyarakat dan wilayah kita sesuai potensi dan kemampuan yang tersedia. Kita masyarakat Manggarai utara memiliki karekteristik yang sama dalam hukum adat. Dan sesuai perkembangannya kita sudah bisa mengembangkan kemampuan mengelola hak-hak tradisional yang melekat sepanjang hidup.

Dalam pemekaran wilayah Kabupaten tentu memperhatikan variable penting seperti luas wilayah, jumlah kecamatan yang bergabung, umur kabupeten induk, jumlah penduduk, area layak untuk ibu kota, aset untuk bursa ekonomi ke depannya. kesemua variable ini, syarat-syaratnya diatur menurut regulasi yang berlaku.

Namun kekuatan yang berpengaruh di dalamnya adalah kebijakan pemerintah dan keputusan politik yang tepat pada sasarannya dan melindungi kemauan dari kebutuhan wilayah. Dalam kompas.com 11 Juli tahun 2015  memberitakan terdapat 508 kabupaten/kota daerah otonomi dan berdasarkan kajian kemendagri terdapat 65% gagal berkembang.

Hal ini, dasarnya adalah ketidaksiapan dari beberapa variable di atas untuk menjadi syaratnya sebuah kabupaten baru menjadi otonomi. Dalam konteks keputusan politik dan kebijakan pemerintah untuk pemekaran wilayah kabupaten Manggarai Utara tentu sangat fokus analisanya pada dimensi geografis atau kewilayahan, demografis, dan sistim seperti potensi fiscal daerah dan perekonomian daerah sebagai indikator potensi pemekaran.

Yang melakukan hal ini adalah pakar otonomi dan pakar ekonomi, nah, pertanyaannya kapan itu bisa dilakukan ? Tentu jawabanya tunggu ada wacana. Artinya, mengikuti aturan yang ada dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagai perubahan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004.

Selain itu harus memperhatikan PP nomor 17 tahun 2018 tentang Kecamatan. Melakukan percobaan menjadi calon daerah otonomi baru selama tiga tahun dan waktu tambahan dua tahun bila gagal. Bila selama 5 tahun masih gagal maka harus gabung lagi ke daerah induk.

Sebagai kata penutup, penulis mengatakan bahwa pemekaran wilayah merupakan kebijakan yang melindungi dan menghargai kemajuan suatu bangsa. Otonomi dan kerja keras serta fokus akan muncul pada konsentrasi pembangunan bila jumlah dana seimbang dengan luas wilayah yang dibangun.

Pemekaran wilayah akan mempersempit ruang politik iya, tetapi pembangunan pada wilayah kecil akan nampak keberhasilan yang dimunculkan oleh inovasi pemimpin yang hebat, selain itu, pemekaran wilayah Manggarai Utara akan memperluas ruang gerak bumiputra mengentas kemiskinan dengan mempersempit “kapitalisme ekonomi dan tersalibnya kaum lemah”.

Salam, orang yang menghargai jasa para pahlawan adalah turunan panglima kemajuan.

 

 

 

 

 

 

 

 

About The Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *