Sambut Revolusi Industri 4.0, UGM Ciptakan Mesin 3D Printing
[YOGYAKARTA] Untuk mendorong Indonesia memasuki era industri 4.0, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta terus mengembangkan berbagai penelitian yang hasilnya bisa diimplementasikan dalam revolusi industri 4.0. Salah satu hasil penelitian yang kini sudah mulai diproduksi dan dipasarkan adalah produk Mesin 3D Printing.
Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Kerja sama (P2MK) Fakultas Teknik UGM, Sugeng Sapto Surjono, mengatakan, Mesin 3D Printing ini mampu membangun objek tiga dimensi hanya berdasarkan gambar sesuai dengan bentuk gambar soft file-nya. Adanya teknologi ini membuat semua bentuk benda dapat dibuat dengan mudah.
“Teknologi 3D Printing ini hal yang luar biasa, menjadi solusi untuk produk-produk spesifik yang tidak dijual di pasaran. Misalnya saat kita membutuhkan komponen khusus, tinggal digambar saja lalu di-print,” terang Sugeng Sapto, di kampus UGM, Yogyakarta, Selasa (27/11).
Sugeng menambahkan, bahan untuk membangun objek tiga dimensi menggunakan Mesin 3D Printing saat ini memang baru sebatas plastik. Namun, ke depannya mesin yang dikembangkan UGM ini juga bisa membangun objek tiga dimensi dari bahan-bahan makanan.
Saat ini Mesin 3D Printing karya UGM telah diproduksi secara massal dan dipasarkan dengan harga Rp 9,5 juta. Mesin ini juga telah dipakai oleh beberapa Universitas dan industri di Indonesia. Selain itu, UGM juga dipercaya untuk mendampingi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) se-Indonesia untuk mengembangkan teknologi tersebut.
Selain Mesin 3D-Printing, hasil penelitian Fakultas Teknik UGM lainnya juga sudah banyak yang diproduksi massal. Seperti mesin pencacah limbah plastik, yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan campuran aspal hingga 20%. Dalam memproduksi alat ini, UGM bekerja sama dengan PT Barata Indonesia. 1.000 unit alat ini bahkan sudah dibeli oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Inovasi lainnya yang saat ini masih dalam tahap pengembangan seperti becak listrik, recovery lithium dari baterai bekas, e-Bathymetry atau kapal tanpa awak untuk mengukur kedalaman air dan pemetaan dasar perairan, bio-reaktor untuk pengolahan lindi dari Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sambah, dan masih banyak lagi. [HER/RH]