Industri Sepeda Motor Indonesia Terus Tembus Pasar Ekspor
[JAKARTA] Industri sepeda motor di Indonesia semakin agresif menembus pasar eskpor. Hal ini tidak terlepas dari peningkatan produktivitas sejumlah produsen sepeda motor di dalam negeri dan menunjukkan bahwa kualitas produk buatan anak bangsa mampu kompetitif di kancah global.
“Apalagi, Indonesia sebagai salah satu basis produksi otomotif untuk memenuhi pasar domestik dan mancanegara. Saat ini, kita merupakan pasar ketiga terbesar di dunia setelah India dan Tiongkok,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ketika menghadiri acara pelepasan ekspor motor unit ke-1,5 juta produksi PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (PT YIMM) di Jakarta, Senin (3/12).
Kementerian Perindustrian (Kemperin) mencatat, total produksi sepeda motor di Indonesia mencapai 6 juta unit pada tahun 2017, dan jumlah ekspor hingga Oktober 2018 telah menembus angka 510.000 unit. “Kami menargetkan ekspor sepeda motor bisa mencapai 10% dari total produksi. Jadi, setidaknya ekspor akan mencapai 600.000 unit untuk tahun ini,” ungkap Airlangga.
Airlangga menyatakan, upaya menggenjot ekspor merupakan salah satu program yang diprioritaskan pemerintah saat ini untuk menekan defisit neraca perdagangan. Selain itu seiring dengan implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0, yang menetapkan sasaran pada peningkatan kembali nett ekspor sebesar 10% pada tahun 2030.
“Di saat Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan, sepeda motor justru memberikan kontribusi yang signifikan dengan total nilai ekspor dari CBU, CKD dan komponen sebesar US$ 1,2 miliar pada tahun 2017,” paparnya.
Untuk itu, Airlangga memberikan apresiasi kepada PT YIMM yang telah berhasil mencatatkan total ekspor hingga saat ini sebesar 1,5 juta unit. Tahun 2018, ekspor PT YIMM diproyeksi menembus 338.000 unit atau naik lebih dari 100 persen dibanding ekspor dua tahun lalu di 2016 sebesar 166.000 unit.
“Sepeda motor CBU merek Yamaha yang diproduksi di PT YIMM ini, 25% untuk memenuhi pasar ekspor. Dikirim ke lebih dari 45 negara maju dan berkembang, dengan tujuannya antara lain ke Asia, Eropa, Afrika, Amerika Latin dan Australia,” tuturnya.
Lebih lanjut, nilai ekspor PT YIMM pada tahun ini diperkirakan mencapai Rp13,2 triliun. Kinerja ekspor tersebut secara signifikan memberikan dampak positif bagi ekonomi Indonesia, dengan mencatatkan surplus perdagangan sebesar US$ 813,6 juta atau setara Rp 11,8 triliun. Bahkan, tingkat komponen dalam negeri (TKDN) pada produksi PT YIMM sudah melebihi 94%.
Wakil Presiden Eksekutif PT YIMM, Dyonisius Bety, menyampaikan, sebagai wujud komitmen peningkatan ekspor, pihaknya berusaha melakukan pembaruan model dan segmentasi kendaraan.
Hal tersebut tercemin dari tren ekspor PT YIMM yang terus meningkat dari tahun ke tahun baik dari segi jumlah maupun nilai. “Kami juga kami telah ekspor sebanyak 5,3 juta CKD set atau saat ini naik 14,7 kali lipat dibanding capaian tahun 2014,” ujarnya.
Menurut Dyon, PT YIMM terus menjaga standar kualitas produk serta meningkatkan kegiatan ekspor untuk masa yang akan datang. “Kami yakin Indonesia bisa menjadi bagian penting produksi sepeda motor Yamaha untuk kebutuhan global,” imbuhnya.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE), Harjanto menuturkan, Kemperin berharap Yamaha melalui PT Yamaha Motor RND Indonesia (YMRID) dapat terus melakukan research & development (R&D) di dalam negeri terutama terkait pengembangan kendaraan bermotor listrik di dalam negeri.
“Saat ini, Kemperin juga tengah melakukan kerja sama dan studi bersama dengan New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO) Jepang yang meliputi aspek consumer convenient, business model, social impact dan regulasi,” ungkapnya.
Studi tersebut dibarengi dengan Demo Project yang akan dilakukan di beberapa kota di Jawa Barat dan Bali yang akan dimulai awal 2019 sampai dengan Desember 2020 dengan melibatkan instansi penelitian dan pengembangan (litbang) lokal dan beberapa universitas sehingga dapat menghasilkan masukan bagi pemerintah untuk menerapkan kebijakan yang tepat terkait dengan kendaraan listrik. “Pemerintah berkomitmen untuk memberikan fasilitas insentif antara lain pemberian super tax deduction untuk industri yang melakukan R&D&D,” tegasnya. [RH]