September 8, 2024

Pemimpin Sejati Siap Tidur di Tenda Saat Gempa

0

Budayawan Muhammad Sobary

[JAKARTA] Pemimpin sejati adalah pemimpin yang selalu ada dan hadir menemani warga masyarakat untuk memecahkan masalah. Tidak perlu dicari dan dengan sendirinya selalu hadir menemani masyarakat.

Budayawan Muhammad Sobary

Demikian ditegaskan budayawan Mohammad Sobary dalam keterangan tertulisnya, Jumat (14/12). Ia mengatakan, pemimpin yang merakyat adalah mereka yang tidak mempunyai jarak apa pun dengan orang-orang yang mereka pimpin. Mereka selalu hadir setiap saat seperti seorang ayah yang melindungi anak-anaknya. “Pemimpin sejati adalah mereka yang mengabaikan warna kulit dan mengutamakan jiwa,” ujar Sobary.

Menurut Sobary pemimpin sejati adalah mereka yang menghadapi kritikan dan tuntutan dengan senang hati dan menampilkan sesuatu yang baru dengan membuang kemapanan yang penuh basa basi tanpa isi. “Aturan baku protokoler tak mendekatkan pelayanan pada rakyat,” ucapnya.

Sobary mengatakan, pakaian seragam tidak membuat rakyat makmur. Sebab, saat ini ada beberapa pemimpin yang memutlakkan seragam. Di rumah pun seragam hingga hidup ini terasa begitu kaku dan resmi. Mereka terlalu sibuk menjaga keharusan serba seragam itu sehingga lupa memimpin.

Segenap kebijakan resmi yang diambilnya, kata dia, hanya untuk menjaga agar masa jabatannya tidak diganggu orang dan hanya sibuk menyelamatkan jabatannya. “Jadi dia tidak memimpin dan bukan pemimpin,” tandasnya.

Ia menegaskan, pemimpin sejati selalu tampil bersahaja dalam ucapan, bersahaja dalam sikap dan dalam segenap tindakannya tetapi cekatan dalam artikulasi kebahasaannya ketika merespons fenomena global yang bukan hanya sama sekali tidak ramah, melainkan mengancam keselamatan negara-negara kecil, miskin dan lemah.

“Dia menyampaikan gagasan memberi proteksi global terhadap ancaman global. “Never ending war dianggap musuh bersama. Dan para pemimpin dunia kagum kepadanya,” jelasnya.

Pemimpin yang dikaguminya, kata Sobary, adalah mereka tidak mau melawan fitnah dengan fitnah. Dia lebih suka melanjutkan kegemarannya untuk blusukan ke sana ke mari. “Blusukan itu hidupnya. Jadi bukan demi mencari nama dan citra yang tak perlu karena blusukan itu usaha mencari kebenaran mengenai hidup rakyatnya,” imbuhnya.

Blusukan, lanjut Sobary, menjadi usaha untuk mendengar apa yang tidak terdengar, dan itu hanya bisa dilakukan oleh pemimpin yang sudah siap untuk memimpin. “Blusukan yang dirintis sejak memimpin Solo dulu, dilakukan untuk membuka tabir rahasia tentang mengapa rakyat Indonesia belum makmur dan belum pula adil,” ujarnya.

Benarkah mandat langit itu, kata Sobary, mewajibkan pemimpin untuk tampil sebagai pemimpin yang tidak peduli bagaimana wajahnya ketika hadir di tengah rakyat yang menuntut haknya untuk menjadi raja. “Rakyat minta dilayani dan dimakmurkan. Adakah yang bisa melakukan ini selain pemimpin sejati, yang siap tidur di tenda ketika rakyatnya dihantam gempa,” pungkasnya. [EH]

About The Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *