November 24, 2024

Cetak SDM Pariwisata, BBPLK Medan Paham Kemauan Jokowi

0

Peserta pendidikan dan pelatihan di BBPLK Medan.

 [MEDAN] Pariwisata merupakan salah sektor penting di Indonesia. Sebab, sektor ini bisa menyumbang devisa negara. Hanya, yang persoalan dari sekian masa pemerintahan sektor ini sepertinya kurang diprioritaskan bahkan kurang diperhatikan.

Menyadari sektor pariwisata sengat membantu pemasukan negara, maka pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) – Jusuf Kalla memprioritaskan pembangunan parawisata. Karena itulah, sehingga tidak heran, dalam empat tahun pemerintahan Jokowi-JK pariwisata menjadi salah satu sektor yang paling menggeliat.

Peserta pendidikan dan pelatihan di BBPLK Medan.

Sektor pariwisata tumbuh begitu pesat. Atas dasar itu, pemerintah  memproyeksikan sektor pariwisata akan menjadi penyumbang devisa terbesar pada 2019. Target ini tidak terlalu muluk sebab Indonesia punya punya seribu satu destinasi wisata, baik yang sudah terkenal maupun yang masih tersembunyi.

Apalagi, dengan pembangunan infrastruktur yang terus digenjot, dunia pariwisata pun dipastikan akan menjadi primadona baru bagi pemasukan negara.

Untuk mendukung program Jokowi-JK dalam sektor pariwisata maka Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) dibawah Menteri Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri, sejak awal giat mencetak tenaga kerja yang berkualitas serta link and match dengan sektor pariwisata ini. Mencetak tenaga kerja sektor pariwisata ini melalui Balai Latihan Kerja (BLK) yang dikelola Kemnaker yang tersebar di seluruh Indonesia.

Selain itu, Kemnaker juga berkoordinasi dengan pemerintah daerah yang memiliki BLK agar ikut mencetak tenaga kerja pariwisata.

Karena itulah Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK) Medan, Sumatera Utara (Sumut) terus intensif menggelar pelatihan kerja terutama sektor pariwisata sampai menjelang akhir tahun 2018.  BBPLK Medan ini memang fokus di  dua bidang yakni kejuruan pariwisata dan konstruksi. BBPLK ini menyelenggarakan Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) industri non boarding tahun 2018 selama 160 jam pelajaran. “Total 32 peserta ikut PBK atau satu paketnya 16 orang jelang tutup tahun 2018 ini, ” kata Kepala Bagian (Kabag) Tata Usaha (TU) BBPLK Medan, Huminsa Tambunan, ketika ditemui di kantornya, di Medan, Minggu (16/12).

Huminsa menjelaskan, PBK industri non boarding ini satu paket dengan 16 peserta pelatihan. Pelatihan soft skill kejuruan konstruksi dimulai 30 Nopember hingga 4 Desember dan workshop-nya digelar 5-21 Desember. Sertifikasi dilaksanakan 22-23 Desember 2018. “Di kejuruan konstruksi atau bangunan ini, peserta PBK akan memperoleh jejis pelatihan tukang finishing teknik oles masing-masing 160 jam pelajaran, ” katanya.

Sementara di kejuruan pariwisata, Huminsa akan dimulai soft skill pada 6-10 Desember dan workshop-nya dilaksanakan pada 11-24 Desember serta sertifikasi digelar 26-27 Desember. “Selama 11-24 Desember peserta kejuruan pariwisata akan memperoleh jenis pelatihan waitress, house keeping dan bakery masing-masing 160 jam pelajaran, ” ujarnya.

Huminsa menambahkan ada penambahan paket pelatihan per 14 Desember 2018. Yakni pelatihan di BBPLK Medan 119 paket atau 1.904 orang. Sedangkan di luar BBPLK Medan ada 103 paket atau 1.648 orang. “Jadi total seluruhnya ada  222 paket atau 3.552 orang, ” katanya.

Huminsa melanjutkan, total pelatihan PBK yang sudah selesai di dalam dan di luar BBPLK Medan sebanyak 171 paket atau 2736 orang. Pelatihan yang sedang berjalan 51 paket atau 816 orang. “Semua pelatihan selesai tanggal 28 Desember 2018, ” ujarnya.

Sementara itu, untuk target 2019, BBPLK Medan akan menambah kapasitas pelatihan menjadi 4.192 orang. Jumlah tersebut bertambah sebanyak 912 orang atau naik 27,80 persen dari target 2018.

Salah Satu Tercepat

Menurut World Travel & Tourism Council (WTTC) Pariwisata Indonesia menjadi yang tercepat ke-9 di dunia, nomor 3 di Asia dan nomor 1 di kawasan Asia Tenggara. Selain itu penerima devisa dari sektor pariwisata terus meningkat sejak 2015.  “Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan pariwisata tercepat nomor 9 di dunia, di Asia nomor tiga dan ASEAN nomor satu,” kata Menteri Pariwisata, Arief Yahya.

Yang kedua, perusahaan media di Inggris The Telegraph mencatat Indonesia sebagai salah satu dari 20 negara dengan pertumbuhan pariwisata tercepat. “Bahkan mereka menilai pertumbuhan pariwisata Indonesia empat kali lebih tinggi dibanding pertumbuhan regional dan global. Data memang membuktikan klaim tersebut,” ujar Arief.

Pertumbuhan pariwisata Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mencapai 25,68 persen, sedangkan industri plesiran di kawasan ASEAN hanya tumbuh 7 persen dan di dunia hanya 6 persen. Indeks Daya Saing Pariwisata Indonesia menurut World Economy Forum (WEF) juga menunjukkan perkembangan menggembirakan. Menurut mereka, peringkat Indonesia naik 8 poin dari 50 di 2015 ke peringkat 42 pada 2017.

Arief melanjutkan, pada tahun 2017 pertumbuhan sektor pariwisata melaju pesat 22 persen, menempati peringkat kedua setelah Vietnam (29 persen). Di tahun yang sama rata-rata pertumbuhan sektor pariwisata di dunia 6,4 persen dan 7 persen di ASEAN.

“Pariwisata Vietnam tumbuh lebih baik mencapai 29 persen karena melakukan banyak deregulasi. Sedangkan Malaysia tumbuh 4 persen, begitu pula Thailand,” tuturnya.

Sementara itu, sumbangan devisa dari sektor pariwisata meningkat sejak tahun 2015 dari 12,2 miliar dolar AS, 2016 menjadi 13,6 miliar dolar AS dan 2017 naik lagi menjadi 15 miliar dolar AS. Tahun 2018 ini ditargetkan meraup devisa 17 miliar dolar AS dan 20 miliar dolar AS di 2020.

Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) naik siginifikan dari 2015-2017. Tahun 2015 sebanyak 9,7 juta, tahun 2016 menjadi 11,5 juta dan tahun 2017 sebanyak 14 juta. Pertumbuhan total kunjungan Wisman Indonesia tahun 2017 sebesar 22 persen lebih tinggi daripada regional ASEAN (7 persen) dan dunia (6,4 persen). Sampai bulan Agustus 2018, jumlah wisman mencapai 10,58 juta dari 17 juta yang ditargetkan. “Wisatawan nusantara juga terus naik. Sejak tahun 2015 sebanyak 255 juta, tahun 2016 berkembang lagi menjadi 264 juta, dan tahun 2017 meningkat lagi menjadi 271 juta,” imbuh dia.

Komitmen sektor pariwisata untuk menyumbang devisa nomor 1 mengalahkan sektor perekonomian lain dengan proyeksi nilai sebesar 20 miliar dolar AS di tahun 2019. Ranking Index Pariwisata Indonesia yang disampaikan oleh WTTC, secara konsisten mengalami kenaikan, dari ranking 70 di tahun 2013, melonjak tajam ke ranking 50 di tahun 2015, dan naik ke ranking 42 di tahun 2017.  “Pariwisata Indonesia secara konsisten terus meraih penghargaan di level internasional, di antaranya adalah 46 penghargaan di 22 negara di tahun 2016, 27 penghargaan di 13 negara di tahun 2017, dan 31 penghargaan di 9 negara sampai kwartal 3 di tahun 2018,” ucapnya.

Dari tahun ke tahun sektor pariwisata terus menjadi andalan pemerintah dalam memberikan kontribusi positif untuk menggerakkan perekonomian nasional, terutama dalam menggerakkan ekonomi lokal dan penerimaan devisa.

Kantor Staf Preside menyebut devisa pariwisata pada 2017 mencapai Rp 220 Triliun  , meningkat secara signifikan dibandingkan dengan devisa pariwisata pada tahun 2014 sebesar Rp 175 Triliun.

Dalam rangka mendorong daya saing dan menjadikan pariwisata sebagai sumber utama devisa, Pemerintah terus meningkatkan pembangunan infrastruktur dan aksesibilitas pariwisata nasional yang tersebar dari wilayah barat hingga timur Indonesia.

Upaya ini sudah menghasilkan peningkatan daya saing pariwisata Indonesia, menurut  ukuran standar internasional.

Menurut World Economic Forum, Indeks Daya Saing Pariwisata Indonesia meningkat dari indeks 70 di tahun 2013 menjadi indeks 42 di tahun 2017. [EH]

 

 

About The Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *