Megawati Ingin Pensiun Dari Ketum, Kader PDIP Harus Respons
[JAKARTA] Keinginan Megawati Soekarnoputri yang ingin pensiun dari kursi Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) bisa dimaknai sebagai sikap visoner dari sang ketua umum untuk memastikan roda organisasi akan terus berjalan dan berputar menjawab tantangan zaman.
“Pernyataan itu harus direspon oleh setiap kader dengan mempersiapkan diri untuk menjawab tantangan yang telah dilontarkan,” ujar Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago dalam keterangannya, Minggu (23/12).
Sebagaimana diberitakan, dalam acara pembekalan calon legislatif (Caleg) di Jakarta, Kamis, 15 November 2018, Presiden kelima RI itu memberikan isyarat agar dirinya diganti menjadi Ketum Partai. Ia mengaku dirinya semakin hari semakin merasa kesepian. Karena jika harus berurusan dengan kegiatan politik, ia merasa kaum perempuan terbilang masih sedikit. Sehingga, ia merasa sebagai the only one perempuan dalam politik.
Mega merasa kesal dengan kondisi itu kenapa sedikit perempuan yang mau menjadi tokoh politik seperti dirinya. Sedangkan bicara mengenai masa mudanya memang dirinya tak menyangka akan menjadi orang yang disebut sebagai tokoh nasional.
“Saya jadi ketum partai yang paling senior. Sudah sekian lama belum diganti-ganti. Padahal saya sudah sekian lama berharap diganti, karena umur saya yang sudah plus 17. Tapi hari ini pun malah ditambahi tugas untuk badan pembinaan ideologi pancasila. Kenapa ya? Kan itu pertanyaannya,” ungkapnya lagi.
Menurut Pangi, pernyataan ini juga bisa dimaknai sebagai upaya dari Megawati untuk meningkatkan gairah internal partai dengan menghidupkan kompetisi internal yang lebih dinamis. Sebab, berjalannya demokrasi di internal partai politik menjadi salah satu indikator iklim demokratis di dalam negara.
“Bagaimana mungkin kita berharap pada aktor-aktor politik untuk menjalankan demokrasi secara substantif sementara mereka tidak mampu menjalankan demokrasi secara murni dalam organisasi atau partainya sendiri?” tanya dia.
Pangi berpendapat pernyataan Ketua Umum PDI-P terkait regenerasi kepemimpinan harus dimaknai positif oleh kader partai dengan mempersiapkan diri secara matang dan mengambil pelajaran berharga dari banyak kasus yang menimpa partai politik lain yang terjebak pada prosedural ketimbang substansi sehingga berujung pada melemahnya mesin partai.
Keberadaan Megawati, kata dia, sebagai sosok yang telah terbukti menjadi kunci soliditas keterikatan (political engagement) dan simbol pemersatu partai harus dimanfaatkan sehingga regenerasi banteng moncong putih bisa berjalan mulus tanpa konflik yang berarti.
Di sisi lain, kata Pangi, ada juga partai yang terus dilanda konflik internal yang justru akan berdampak buruk pada menurunnya citra partai di mata publik. Situasi ini, kata dia tentu akan sangat merugikan partai di tengah ketatnya persaingan politik antar partai untuk merebut dan memenangkan hati rakyat demi mendapat dukukungan publik.
Lebih lanjut, kata Pangi, menjamurnya konflik di banyak partai berkaitan dengan regenerasi kepemimpinan menjadi pelajaran berharga bagi partai lain.
Dia menyebut konflik internal partai disebabkan oleh beberapa faktor, seperti, lemahnya ideologi, pragmatisme elite dan derajat institusionalisasi yang rendah. [EH]
|
|||||