Kemperin Dorong Industri Manufaktur Manfaatkan Teknologi
Jakarta, Topvoxpopuli.com – Di era digital yang sedang menopang pembangunan sistem industri 4.0, yaitu internet of things, artificial intelligence, human– bergulir, Kementerian Perindustian (Kemperin) mendorong industri manufaktur di Indonesia untuk memanfaatkan teknologi terkini agar mampu menciptakan inovasi. Adapun lima teknologi utama yang machine interface, teknologi robotik dan sensor, serta teknologi 3D Printing.
“Jadi, dengan implementasi industri 4.0, sektor manufaktur dapat meningkatkan produktivitas dan mendukung diversifikasi produk. Hal ini tentunya sejalan terhadap kebijakan hilirisasi dalam upaya menciptakan nilai tambah tinggi di dalam negeri,” kata Menteri Perindusrian, Airlangga Hartarto di Jakarta, Sabtu (9/2).
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan produksi industri manufaktur skala besar dan sedang pada tahun 2018 mengalami peningkatan sebesar 4,07% dibanding tahun 2017. Kenaikan tersebut terutama disebabkan terdongkraknya produksi industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki, yang naik 18,78%.
Selanjutnya, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang di triwulan IV-2018 naik sebesar 3,90% (y-on-y) terhadap triwulan IV-2017. Lonjakan ini terjadi disebabkan oleh meningkatnya produksi industri minuman yang mencapai 23,44%.
Sementara itu, pertumbuhan produksi industri mikro dan kecil (IMK) naik hingga 5,66% dibandingkan tahun 2017. Lonjakan ini disebabkan meningkatnya produksi industri percetakan dan reproduksi media rekaman yang mencapai 21,73%.
Adapun jenis-jenis industri manufaktur mikro dan kecil yang mengalami kenaikan tertinggi pada 2018 meliputi industri pencetakan dan reproduksi media rekaman yang naik 21,73% dibandingkan tahun 2017.
Kemudian, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia naik 17,91%, industri peralatan listrik naik 15,02 persen, industri logam dasar naik 13,42%, serta jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan naik 12,72%.
Menurut Airlangga, digitalisasi mendorong pengembangan pabrik masa depan di era industri 4.0 atau Future Factory 4.0. Ini menjadi inisiatif yang bertujuan membantu perusahaan-perusahaan manufaktur, termasuk industri kecil dan menengah (IKM), untuk beradaptasi dengan tekanan persaingan global dan perkembangan teknologi terbaru.
“Inisiatif ini akan membantu industri untuk memenuhi permintaan konsumen global yang meningkat terhadap produk yang lebih ramah lingkungan, lebih sesuai dan lebih berkualitas melalui transisi industri dengan lebih sedikit limbah dan penggunaan sumber daya yang lebih baik,” papar Airlangga Hartarto.
Untuk memaksimalkan pemanfaatan teknologi terkini, perlu mengidentifikasi keterampilan baru yang dibutuhkan serta mendukung upaya peningkatan kemampuan dan pendidikan SDM industri. Untuk itu, pemerintah berkomitmen menyiapkan formulasi percepatan penerapan industri 4.0 melalui insentif pajak untuk sektor yang berinvestasi di penelitian dan pengembangan teknologi, pelatihan manajer dan ahli, fasilitas untuk IKM, program percontohan, dan pendirian pusat inovasi industri 4.0.
“Kami optimistis, melalui 10 program prioritas nasional yang ada di Making Indonesia 4.0, akan mencapai aspirasi besarnya untuk menjadikan Indonesia masuk dalam jajaran 10 negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030,” tandas Airlangga Hartarto. [RH]