Bupati Landak: Stop Kekerasan terhadap Anak dan Perempuan
Ngabang, Topvoxpopuli.com – Bupati Landak dr. Karolin Margret Natasa mengajak seluruh tokoh adat untuk berkomitmen menghentikan kekerasan terhadap anak dan perempuan. Selain itu tokoh adat juga diajak untuk ikut berperan dalam mengatasi kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Hal itu disampaikan Karolin usai perayaan ekaristi syukur dalam rangka acara Naik Dango digelar di rumah Radakng Aya’ Ngabang kepada wartawan Minggu (29/4/2019)
Ia mengatakan, pada acara naik dango kali ini, melalui “Bahaum” Dewan Adat Dayak (DAD) pihaknya mengajak seluruh pengurus DAD di setiap kabupaten untuk bersama-sama menandatangani komitmen untuk menyerukan penghentian kekerasan terhadap anak. Artinya tokoh adat ikut berperan dalam mengatasi kekerasan terhadap anak di Kalimantan Barat.
Hal ini penting karena masih terjadi 95 kasus kekerasan terhadap anak di Kalimantan Barat (Data Dinas PP&PA Kalimantan Barat,2018). Oleh sebab itu pada acara “Bahaum” pihaknya ingin membangkitkan kesadaran bersama, untuk mengatasi kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Selain itu pihaknya juga menginginkan kegiatan “Naik Dango” selain dijadikan sebagai kegiatan rutin juga dijadikan momen untuk membahas isu-isu baru yang dianggap bertentangan dengan adat istiadat. Sehingga kegiatan Naik Dango ini bukan hanya sekedar bertemu, tetapi ada manfaat yang diperoleh dari pertemuan dalam acaa “Naik Dango”.
Pihaknyajuga berharap agar perangkat adat bersama Pemerintah Daerah dapat bekerjasama membentuk suatu peraturan untuk merespon masalah kekerasan terhadap perempuan dan anak. Hendaknya masalah kekerasan terhadap perempuan dan anak dibicarakan dalam perspektif adat.
“Nantinya akan membakukan bagaimana susunan tata adat kita, sistem adat kita dalam peraturan daerah,” ujar Karolin
Ia menambahkan, pertemuan seluruh Dewan Adat Dayak dari tiga kabupaten yang hadir dalam acara Naik Dango yaitu Kabupaten Landak, Kabupaten Mempawah, dan Kabupaten Kubu Raya diharapkan dapat menghasilkan suatu kesepakan bersama. Yaitu untuk menuntaskan masalah dengan perspektif adat, mengingat pentingnya suatu daerah mempersiapkan generasi yang lebih baik dimasa depan.
Jadi dalam acara Naik Dango kita tidak hanya berbicara mengenai keberlangsungan dari sawah dan padi yang ditanam. Tetapi juga membicarakan keberlangsungan generasi yang akan datang. [Sahat Oloan Saragih]