Kunjungi Belanda, MenKopUKM Tekankan Pentingnya Fulfillment Center UMKM Perlancar Distribusi Logistik
Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki (keempat dari kiri) bersama rombongan di Belanda
Den Haag, TVP – Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki melakukan kunjungan kerja ke Zutphen, Den Haag, Belanda, untuk meninjau kegiatan e-Commerce Fulfillment Center .
MenKopUKM Teten Masduki turut mengapresiasi inisiasi kehadiran Indonesia In Your Hand dalam e-Commerce Fulfillment Center yang menjadi jembatan bagi produk Indonesia go global terutama untuk mendukung produk lokal menembus market Eropa.
Indonesia In Your Hand merupakan sebuah marketplace yang khusus menjual produk Indonesia di luar negeri dan memiliki kantor di Amsterdam, Belanda dan Sydney, Australia. Dengan adanya keberadaan e-Commerce Fulfillment Center, Zutphen menjadi kota industri logistik di Belanda, yang berfungsi sebagai Pan-European Logistic Hub.
Baca Juga: Teten Masduki: Impor Ilegal Pakaian Bekas Ancam UMKM dan Nasib 1 Juta Tenaga Kerja
“Saya mengapresiasi langkah inisiatif Indonesia in Your Hand yang telah beroperasi di Belanda. Hal ini menjadi langkah solutif untuk membantu memasarkan produk industri dan UKM lokal, yang ingin produknya Go Global terutama yang produknya sesuai dengan market Eropa,” kata MenKopUKM Teten Masduki dalam keterangan resmi, Senin (22/1/2024).
Menteri Teten mengatakan, saat ini Indonesia masih menghadapi tantangan dalam digitalisasi produk, yakni biaya ongkos logistik terbilang mahal. Hal tersebut dikarenakan proses untuk pembelian atau pengiriman barang masih dilakukan secara end-to-end antara penjual dan pembeli secara langsung, yang menyebabkan tidak ada subsidi dan tidak ada kemudahan yang diberikan oleh platform.
“Untuk itu diperlukan sebuah media atau platform untuk mengatasi permasalahan-permasalahan logistik tersebut dengan Fulfillment Center UMKM,” katanya.
Baca Juga: Teten: Lebih dari 1.500 Produk UMKM di MotoGP Mandalika
Ketika pengiriman produk masih bersifat mandiri, kurangnya infrastruktur logistik, IT, dan konektivitas laut, darat, dan udara adalah penyebab biaya logistik mahal.
“Sebanyak 47,8 persen UMKM mengalami kesulitan pengiriman karena lokasi penerima jauh dari lokasi penjual, sehingga durasi pengiriman yang cepat membantu ketahanan barang khususnya bagi UMKM makanan,” ujar MenKopUKM.
Ia mengatakan, dengan mempelajari cara kerja Fulfillment Center yang berlokasi di negara maju seperti Belanda, yang sudah memiliki infrastruktur secara mumpuni. Diharapkan Indonesia dapat mengadopsi cara-cara itu agar mampu membangun kawasan Fulfillment Center UMKM yang ideal.
Dengan keberadaannya, biaya logistik, biaya pengemasan, hingga inventory bisa ditekan dan lebih hemat serta menjangkau dengan lebih efisien.
“Pada akhirnya, keberadaan Fulfillment Center akan mampu mendorong penurunan harga produk UMKM dan meningkatkan daya beli masyarakat tanpa mengabaikan kualitasnya,” kata Menteri Teten.
Baca Juga: Teten Bertemu Menkopolhukam Tindak Lanjuti Penanganan Koperasi Bermasalah
Lebih jauh MenKopUKM menekankan, dalam hal populasi, Indonesia adalah negara terbesar keempat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Pada 2023, populasi Indonesia mencapai 278,69 juta orang.
Dalam hal perkembangan, Indonesia sedang mempersiapkan diri untuk menjadi negara maju pada 2030. Untuk mencapai tujuan ini, pemerintah Indonesia berusaha meningkatkan daya saing Indonesia.
Infrastruktur untuk konektivitas dan inovasi menjadi prioritas Pemerintah, banyak pencapaian yang telah dicapai di bidang infrastruktur. Dalam hal pertumbuhan ekonomi, di antara negara-negara G-20, Indonesia adalah yang kedua terbesar setelah China, yang pertumbuhan ekonominya adalah 5,3 persen.
“Saya yakin pertumbuhan ekonomi di Indonesia dapat dipertahankan sekitar 4,5-5,3 persen. Indonesia juga berhasil memimpin G20 pada tahun 2022. Tahun 2023, Indonesia juga menjadi Presidensi ASEAN,” katanya.
Dalam kaitannya dengan kerja sama dan pembangunan UKM, di mana dalam kepemimpinannya, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) telah mencoba yang terbaik untuk mempromosikan koperasi modern dan harus terlibat dalam ekonomi digital, demikian juga UKM.
“Pertumbuhan perusahaan-perusahaan kecil juga sangat mengejutkan. Pada 2009, ada 52,77 juta UKM dan pada tahun 2013 telah menjadi 57,9 juta UKM atau tumbuh sekitar 2,41 persen per tahun dan tahun 2023 telah mencapai 64 juta UKM,” kata MenKopUKM.
Baca Juga: Teten Dukung Perkuatan Brand dan Perluasan Pasar Cerutu Khas Gayo
Peran UKM tidak hanya untuk pertumbuhan ekonomi, tetapi juga untuk penciptaan pekerjaan dan pengurangan kemiskinan. UKM telah berkontribusi lebih dari 97,2 persen untuk penciptaan pekerjaan dan 60,5 persen untuk GDP.
UKM Inovatif
Tak hanya itu, pada 2023, pada beberapa kesempatan, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia akan melakukan hilirisasi industri secara menyeluruh di semua sektor, termasuk UKM. Menurutnya dengan hilirisasi Indonesia dapat memperluas lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan per kapita per tahun.
Berdasarkan data Bappenas, jika hilirisasi industri berjalan lancar maka pendapatan per kapita Indonesia dalam 15 tahun mendatang akan mencapai 15.800 per dolar Amerika Serikat (AS) dan akan melonjak lagi sebesar 25.000 per dolar AS per tahun pada 2045.
MenKopUKM menuturkan, mayoritas UKM di Indonesia adalah milik pelaku usaha mikro dan kecil, fokus pemerintah dalam mempromosikan UKM Indonesia adalah memperluas akses ke keuangan (bank dan non-bank, termasuk koperasi), meningkatkan produk standardisasi dan sertifikasi mereka untuk akses pasar, meningkatkan teknologi dan inovasi untuk produktivitas dan daya saing mereka.
“Kewirausahaan adalah salah satu program prioritas kami untuk mendorong pengembangan pengusaha muda untuk mengurangi pengangguran,” katanya.
Baca Juga: KemenKopUKM Terus Perkuat Kualitas Produk Unggulan Daerah
Kemudian mempromosikan UKM inovatif melalui peran Inkubator Bisnis dan Teknologi juga penting untuk menciptakan UKM yang kompetitif. Namun diakuinya, kapasitas Bisnis dan Teknologi Inkubator Indonesia masih relatif kurang di belakang negara-negara lain di ASEAN.
“Untuk itu, kami ingin belajar dari pihak Belanda tentang mempromosikan UKM inovatif melalui peran Inkubator Bisnis dan Teknologi,” katanya.
Lebih dari itu kata MenKopUKM, untuk menjadi pusat pertanian dan budidaya perairan global, ASEAN menghadapi tantangan dalam menyediakan ekosistem bisnis yang memfasilitasi usaha mikro dan kecil untuk tumbuh dan berkembang melalui koperasi dan kemitraan rantai pasok.
“Saya tahu Belanda sangat kuat di rantai nilai global. Selama kunjungan ini, kami juga ingin mengunjungi beberapa UKM di Belanda yang terkait dengan rantai pasokan global, terutama di industri pertanian, akuakultur, dan manufaktur,” ucap Menteri Teten. [eh]