November 21, 2024

Ekspor Furniture Nasional Tembus US$ 1,69 Miliar

0

Jakarta, Topvoxpopuli.com – Industri furniture nasional mampu menunjukkan daya saingnya di kancah global melalui berbagai produk unggulannya yang unik dan kompetitif. Kemampuan sektor padat karya berorientasi ekspor ini karena ditopang ketersediaan bahan baku, sumber daya manusia (SDM), dan desain menarik.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.

“Industri furniture merupakan salah satu sektor strategis dalam menopang perekonomian nasional. Selain itu, berperan penting dalam mendukung kebijakan hilirisasi industri karena berbasis sumber daya alam lokal, yang terus dipacu nilai tambahnya,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Minggu (10/3/2019).

Kementerian Perindustrian (Kemperin) mencatat, kinerja ekspor dari industri furniture Indonesia dalam tiga tahun terakhir memperlihatkan tren yang positif. Pada tahun 2016, nilai ekspornya sebesar US$ 1,60 miliar, naik menjadi US$ 1,63 miliar di 2017.

Sepanjang 2018, nilai ekspor produk furniture nasional kembali mengalami kenaikan hingga US$ 1,69 miliar atau naik 4% dibanding tahun 2017. “Kami bertekad untuk semakin memacu kinerja ekspor furniture. Apalagi, dengan potensi bahan baku yang kita miliki,” ungkap Airlangga.

Indonesia merupakan penghasil 80% bahan baku rotan dunia, dengan daerah potensial rotan di Indonesia yang tersebar di berbagai pulau, terutama di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. Selain itu, sumber bahan baku kayu di Indonesia juga sangat besar, mengingat potensi hutan yang sangat luas hingga 120,6 juta hektare dengan terdiri dari hutan produksi mncapai 12,8 juta ha. “Dan, dengan anugerah Tuhan, kita memiliki iklim tropis sehingga berbagai jenis pohon dapat tumbuh cepat. Potensi sumber daya alam yang melimpah ini, seyogyanya dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung perekonomian bangsa serta untuk kesejahteraan masyarakat,” papar Airlangga.

Oleh karena itu, lanjut Airlangga, pemerintah berupaya mengoptimalkan potensi industri furniture nasional melalui beberapa kebijakan, antara lain melalui program bimbingan teknis produksi, promosi dan pengembangan akses pasar, serta penyiapan SDM industri furniture yang kompeten. “Kami berupaya untuk menciptakan tenaga kerja terampil dan inovatif yang mampu meningkatkan daya saing industri furnitur di dalam negeri,” imbuh Airlangga.

Untuk mencapai sasaran tersebut, Kemperin telah memfasilitasi pembangunan Politeknik Industri Furniture dan Pengolahan Kayu di Kawasan Industri Kendal (KIK), Jawa Tengah.

Airlangga menambahkan, dalam upaya menggenjot daya saing industri furnitur nasional, diperlukan kreativitas dan inovasi desain produk yang mengikuti selera pasar terkini agar mampu kompetitif hingga kancah global. “Artinya, industri furniture harus mampu creating the needs, deliver the needs (menciptakan sekaligus memenuhi kebutuhan). Apalagi, kita kaya dengan budaya,” terang Airlangga.

Airlangga menyambut baik dengan penerapan sistem ganda (70% praktik dan 30% teori) pada proses pembelajaran di Politeknik Industri Furniture dan Pengolahan Kayu. “Konsep dual system yang dikembangkan Swiss tersebut, diyakini akan menghasilkan lulusan yang benar-benar sesuai kebutuhan masa depan, terutama dalam memasuki era industri 4.0,” tutur Airlangga.

Lebih lanjut, menurut Airlangga memfasilitasi pembangunan politeknik di kawasan industri sebagai salah satu program prioritas Kemperin dalam pengembangan pendidikan vokasi industri.

Hal ini juga sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo yang ingin tahun ini lebih fokus untuk gencar melakukan berbagai program dalam membangun kualitas SDM Indonesia. [EH]

About The Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *