November 21, 2024

Masalah Pasokan Listrik Kendala Utama Bangun Industri Hilir di Kalimantan

0

Jakarta, Topvoxpopuli.com [TVP] Pemerintah dan para pelaku industri terus menjajaki dan pelan-pelan membangun industri hilir di Kalimantan terutama Kalimantan Timur (Kaltim). Hal ini mengingat Ibu Kota Negara akan dipindahkan ke Kaltim.

Demikian benang merah diskusi publik dengan tema”Optimalisasi Industri Petrokimia Nasional” di Jakarta, Kamis (12/9/2019). Tampil sebagai pembicara dalam acara tersebut adalah  Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan, Isa Racwatarwata; Direktur Industri Kimia Hulu Kementerian Perindustrian (Kemperin), Fridy Juwono; Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas), Fajar Budiyono; Direktur Utama PT Tuban Petrochemical Industries, Sukriyanto.

Fridy Juwono mengatakan, pemerintah akan segera membangun pabrik metanol di Bontang, Kalimantan Timur. Selain itu,kata dia, juga membangun industri LPJ di Bontang. “Kami juga sedang memikirkan akan industri hilir Petrokimia lainnya”, kata Fridy.

Sedangkan Fajar Budiyono  mengatakan, sampai saat ini pihaknya hanya bisa membangun industri hilir dalam bidang makanan dan minuman di Kaltim dan Kalimantan seluruhnya. “Kita tak bisa membangun industri hilir di luar ini karena masalah utama di sana adalah pasokan listrik yang rendah. Sampai saat ini kadang mati listriknya”, kata dia.

Walaupun demikian, kata Fajar, ke depannya pihaknya dan semua pelaku usaha harus memikirkan serta bertindak industri hilir harus dibangun di Kalimantan. “Namun tentu infrastrukturnya harus siap”, kata dia.

Sebelumnya Direktur Pupuk Kaltim, Bakir Pasaman, mengatakan, PT Pupuk Kaltim menargetkan pabrik metanol di Bontang, Kalimantan Timur, bisa beroperasi secara komersial pada tahun 2023. Pabrik metanol ini akan mulai dibangun tahun 2019 ini. “Mudah-mudahan akhir 2023 (pabrik metanol) bisa komersial atau paling lambat tahun 2024”, kata Bakir.

Menurut dia, Menteri BUMN Rini Soemarno menginginkan Pupuk Kaltim dapat dikembangkan tidak lagi hanya memproduksi pupuk tetapi juga sebagai pusat industri petrokimia penghasil metanol.

Dengan pengembangan industri metanol maka hasil produk turunannya bisa jauh lebih banyak dibanding amonia.

Bakir menjelaskan, pengembangan industri metanol di Indonesia sudah tertinggal dibandingkan dengan negara lainnya di dunia.

Pabrik penghasil metanol ini berbasis gas bumi, sehingga harus berkoordinasi intensif dengan SKK Migas untuk mendapatkan alokasi dan harga gas yang kompetitif.

Pihaknya juga sedang melakukan penjajakan dengan sejumlah mitra strategis dari beberapa negara seperti Jepang dan Korea.  Untuk itu Pupuk Kaltim sedang mempersiapkan lahan seluas sekitar 60 hektare yang harus terealisasi pada tahun 2019.

Bila penjajakan dengan mitra strategis telah menghasilkan kerja sama dalam bentuk “joint venture”, dan lahan sudah tersedia maka akan dilanjutkan dengan  tender dokumen EPC (Engineering Pricurement Construction).

Setelah ada kontraktor, maka akan dilanjutkan dengan pembangunan pabrik dalam jangka waktu sekitar 36 bulan yang dijadwalkan selesai pada 2023. [TVP/Edi Hardum]

 

About The Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *