November 24, 2024

Tantangan Program dan Metode Pelatihan di Tengah Badai Pandemi Covid -19

0

Pelatihan Ramuan Kopi di BLK Lembang, Jawa Barat.

Oleh: Herry Sudarmanto  (Fungsional Utama)

 

 

PER TANGGAL  18 Juli 2020, kasus positif Covid-19 di Indonesia sudah menembus angka 84.882.000 (1). Artinya, rakyat Indonesia yang terinfeksi virus Covid-19 sudah melebihi China, sebagai Negara dimana virus ini ditemukan pertama kali.

Dampak dari pandemi Covid-19 ini sangat luar biasa. Ekonomi global sudah dipastikan melambat. Bahkan negara-negara maju seperti Amerika, China, India, Russia dan Jepang, turut terdampak perekonomiannya. Indonesia pun tidak terkecuali.

Pemerintah dengan segala daya upaya berusaha menekan dampak Covid-19 dengan mengeluarkan stimulus-stimulus dan program-program untuk membantu masyarakat. Anjuran pemerintah untuk menggunakan masker, jaga jarak serta bekerja dan belajar dari rumah terus dikumandangkan. Namun, resesi ekonomi sepertinya tetap sulit untuk dihindari.

Sektor industri khususnya industri perhotelan dan pariwisata, adalah sektor yang paling terdampak dari adanya pandemi ini. Sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus Covid-19 di Indonesia pertama kali di bulan Maret lalu, industri penerbangan juga mulai terdampak.

Hal ini kemudian berlanjut dengan adanya kebijakan pembatasan social berskala besar di berbagai daerah. Dengan adanya kebijakan pembatasan sosial berskala besar, sektor industri perhotelan dan pariwisata mulai terdampak. Hotel-hotel dan agen-agen pariwisata pun mulai berguguran.

Dengan terdampaknya perekonomian di Indonesia tersebut akibat pandemi Covid-19, Balai Besar Peningkatan Latihan Kerja (BBPLK) di bawah Kementerian Ketenagakerjaan tetap terus berusaha meningkatkan kualitas SDM di Indonesia dengan melakukan terobosan memberikan pelatihan – pelatihan secara daring (online).

Sebagai contoh BBPLK Medan yang memberikan pelatihan secara daring untuk pekerja di industri perhotelan sejak April 2020 (2). Sasaran utama dari pelatihan yang diselenggarakan oleh BBPLK Medan adalah para pekerja di industri perhotelan yang terpaksa dirumahkan untuk sementara selama masa pandemi.

BBPLK Medan telah melakukan berbagai kegiatan pelatihan kejuruan. Pelatihan kejuruan yang ada dibawah pengelolaan BBPLK Medan adalah antara lain: kejuruan bangunan, pariwisata, bisnis manajemen, elektronika, otomotif, garmen, TI &K, Listrik, refrigerasi dan tata kecantikan.

Pada tahun 2019, BBPLK Medan telah berhasil menyelesaikan 59 paket PBK boarding, 79 paket PBK non boarding, 120 paket PBK MTU, 543 PBK UPTD, 86 paket PBK BLK komunitas dan 75 paket PBK banprog dengan total peserta pelatihan 15.392 orang peserta. Pada tahun 2020, selama periode Januari – Juli, BBPLK Medan telah melaksanakan 26 paket kejuruan bangunan, 14 paket kejuruan pariwisata, 1 paket kejuruan las, 14 paket kejuruan garmen dan 2 paket hybrid learning untuk kejuruan parwisata.

Total jumlah masyarakat yang telah dilatih oleh BBPLK Medan selama periode Januari – Juli 2020 adalah 688 orang. Untuk periode Agustus – Desember 2020, BBPLK Medan merencanakan kegiatan pelatihan yang fokus kepada PBK UPTD sejumlah 152 paket dengan target peserta pelatihan adalah 2.432 orang. Paket pelatihan PBK UPTD yang dikelola oleh BBPLK Medan antara lain adalah kejuruan garmen, tata kecantikan, listrik, otomotif, welding, elektronika, TI & K dan konstruksi.

BBPLK Medan juga merangkul perusahaan – perusahaan untuk terlibat dalam program pelatihannya. Salah satu bentuk kerjasama antara BBPLK Medan dengan pihak swasta adalah dengan Alfaland Group.

Bisnis unit dari Alfaland Group yang bekerja sama dengan BBPLK Medan adalah Omega Hotel Management dan Millennium ICT Center. Selain mengirimkan peserta pelatihan, mereka juga menjadi narasumber pada pelatihan yang diselenggarakan oleh BBPLK Medan.

Untuk meningkatkan keahlian karyawannya, Omega Hotel Management yang saat ini mengelola 14 hotel diseluruh Indonesia dengan Brand Grand Cordela, Hotel Cordela, Cordela Inn dan Cordela Express dan Millennium ICT Center yang merupakan pusat HP untuk Sumatra dan Aceh, menerapkan pelatihan secara daring dan berkala. Para pekerja hotel dan pust belanja yang harus masuk secara bergantian diberikan pelatihan – pelatihan untuk meningkatkan kompetensi, termasuk prosedur kesehatan, kepemimpinan maupun mental untuk menjadikan karyawan yang tangguh di era krisis ini.

Selama masa pandemi, Alfaland Group dengan jumlah karyawan kurang lebih 600 orang dan tersebar dari Medan sampai Sidoarjo, telah melakukan lebih dari 75 pelatihan. 70% dari total pelatihan dilakukan secara daring dan 30% dilakukan secara tatap muka dengan tetap memperhatikan prosedur kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah.

Pelatihan secara daring diikuti rata –rata 50 – 100 orang per pelatihan dengan durasi pelatihan 90 – 150 menit untuk masing-masing topik pelatihan. Topik pelatihan mulai dari yang berkaitan dengan pekerjaan sehari –hari seperti front office, housekeeping, service excellence dan FB service, maupun yang mengasah kepeimpinan seperti “Perilaku Asertif bagi Seorang Pemimpin” atau topik motivasi seperti “Bangkit dari Kemunduran”.

Pelatihan secara daring memang memiliki tantangan tersendiri. Walaupun sebelum pandemi kita sudah mengenal E- Learning, namun pengaplikasiannya tidak seintens seperti saat ini. Setelah WHO secara resmi menyatakan bahwa virus Covid-19 adalah sebuah pandemi global pada bulan Maret (3), metodologi pelatihan berubah secara luar biasa.

Pelatihan – pelatihan yang biasanya dilakukan secara tatap muka tidak dapat lagi dilakukan karena ada pembatasan untuk berkumpul. Model E- Learning pun menjadi pilihan utama diadaptasi ke dalam dunia pelatihan menjadi pelatihan daring (online), agar pelatihan tetap dapat berjalan.

Pelatihan daring adalah serangkaian proses pelatihan kerja dengan menggunakan jaringan digital untuk berinteraksi, berlatih dan belajar serta berdiskusi, tanpa memerlukan pertemuan tatap muka di lokasi fisik. Metode pelatihan daring mengharuskan peserta pelatihan mengikuti dan melakukan pelatihan secara virtual dari proses awal hingga akhir.

Metode ini lebih menekankan pada kemampuan peserta pelatihan untuk belajar secara mandiri dan kemampuan lembaga pelatihan mendesain program pelatihan yang bersifat digital dengan tetap berkomitmen kepada peningkatan skill/kompetensi.

Penerapan metode pelatihan daring harus didukung dengan kemampuan infrastruktur teknologi informasi yang representatif dan konten digital (program pelatihan, asesmen, dan lain-lain) khususnya dalam menjamin proses pelatihan dan luaran pelatihan memenuhi syarat kompetensi yang diperlukan.

Ada beberapa tantangan dalam pelaksanaan pelatihan daring. Yang pertama adalah peserta yang pasif. Memiliki peserta yang pasif akan sangat menyulitkan bagi seorang trainer/instruktur.

Peserta yang pasif akan membingungkan trainer/instruktur karena tidak tahu apakah peserta mengerti atau tidak terhadap materi yang diberikan. Agar peserta tidak bersikap pasif, maka trainer/instruktur harus dapat membaca situasi dan banyak melakukan kegiatan – kegiatan yang interaktif.

Tantangan yang kedua adalah trainer harus terus terhubung dengan peserta. Saat memberikan pelatihan daring, sering kali peserta mengalami “gangguan” dari lingkungan di sekitarnya. Untuk itu para peserta harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya, termasuk mencari tempat yang tidak banyak “gangguan”. Gangguan dapat terjadi dari keluarga, rekan kerja atau lingkungan sekitar tempat kita menjalankan pelatihan daring.

Tantangan yang ketiga adalah melakukan kolaborasi antar peserta. Biasanya apabila pelatihan dilakukan secara tatap muka, trainer/instruktur dapat membagi kelompok peserta menjadi beberapa kelompok untuk diberikan tugas kelompok. Beda dengan pelatihan daring, dimana sulit untuk membagi peserta menjadi kelompok –kelompok kecil sehingga keterikatan antar peserta menjadi sangat rendah.

Tantangan yang terakhir adalah infrastruktur jaringan internet. Sebagai negara berkembang, infrastruktur untuk jaringan internet di Indonesia masih menjadi tantangan. Belum semua daerah di Indonesia telah tercover jaringan internet yang memadai.

Kecepatan internet yang sering naik turun atau “blank spot” dibeberapa daerah menyebabkan hal ini menjadi hambatan dalam pelaksanaan pelatihan daring. Harga quota internet di Indonesia pun masih dianggap terlalu mahal dibandingkan negara –negara di Asia Tenggara lainnya. Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah apabila ingin memajukan pelatihan daring di Indonesia.

Sehubungan dengan pelatihan di tengah pandemi ini, maka saran kepada pemerintah adalah sebagai berikut, pertama, pemerintah melalui Kementerian – Kementerian yang terkait, dapat lebih memperhatikan kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelatihan terutama yang dilakukan secara daring.

Kedua, para trainer/instruktur di balai – balai latihan juga perlu ditingkatkan keahliannya, terutama dalam hal pelaksanaan pelatihan secara daring. Ketiga, dibuatkan sebuah platform khusus untuk pelatihan daring yang dapat diakses oleh para pekerja di seluruh Indonesia.

Keempat, dibuat sebuah komite yang bertugas untuk membuat silabus dan materi pelatihan secara daring, sehingga hasilnya dapat lebih optimal. Kelima, perbaikan infrastruktur jaringan internet terutama di daerah-daerah, sehingga pelatihan daring dapat mencakup wilayah yang lebih luas.

Sebagai kesimpulan, pelatihan secara daring harus menjadi perhatian baik pemerintah maupun swasta. Untuk itu, persiapan – persiapan perlu dilaksanakan sehingga transisi yang terjadi dapat berjalan dengan lancar.

Apa pun tantangannya, kita harus siap menghadapi krisis yang terjadi. Saat ini kita dituntut untuk meningkatkan keahlian kita. Semangat belajar harus terus dikobarkan, karena pada saat pandemi ini berakhir, pekerja Indonesia harus siap lepas landas menyongsong Indonesia emas 2035.xx

About The Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *