Sistem Persenjataan AS Mudah Terkena Serangan Cyber
[JAKARTA] Pentagon lamban melindungi sistem-sistem persenjataan pentingnya dari serangan cyber dan secara rutin menemukan sejumlah kelemahan kritis dalam sistem tersebut yang berisiko dieksploitasi peretas, menurut laporan pemerintah federal.
Government Accountability Office (GAO) Amerika Serikat (AS), sebuah unit pengawas Kongres (AS), dalam laporan setebal 50 halamannya menyebutkan bahwa Pentagon menemukan “sejumlah kelemahan cyber kritis secara misi dalam beberapa sistem” yang sedang dikembangkan.
“Dengan menggunakan alat dan teknik relatif sederhana, para penguji coba berhasil menguasai beberapa sistem dan sebagian besar mengoperasikannya tanpa terdeteksi, dikarenakan masalah mendasar seperti manajemen password yang buruk serta komunikasi yang tidak terenkripsi,” menurut laporan itu seperti dilansir Reuters pada Rabu (10/10).
Beberapa pejabat program mengatakan kepada GAO bahwa sistem-sistem persenjataan dalam kondisi aman dan membantah beberapa hasil tes itu sebagai tidak realistis.
Kendati Pentagon berencana mengalokasikan biaya sekitar 1,66 triliun dolar Amerika (sekitar Rp24.900 triliun) untuk pengembangan sistem persenjataan penting, menurut laporan GAO, Pentagon baru-baru ini mengambil tindakan untuk meningkatkan keamanan cyber.
“Dikarenakan kurangnya fokus terhadap keamanan cyber sistem persenjataan, (Kementerian Pertahanan) kemungkinan memiliki seluruh generasi sistem yang dirancang dan dibangun tanpa mempertimbangkan keamanan cyber secara memadai,” menurut laporan tersebut.
Keamanan cyber semakin mendapatkan perhatian di kalangan pejabat militer dan intelijen AS.
Pekan lalu, negara-negara Barat melontarkan kecaman terhadap Rusia atas upaya menjalankan apa yang mereka anggap sebagai kampanye peretasan global, dengan mengincar sejumlah institusi mulai dari lembaga anti-doping hingga perusahaan operator reaktor nuklir dan lembaga pengawas senjata kimia.
Dalam kecaman keras yag ditujukan kepada Moskow sejak Perang Dingin, Inggris menyebut Rusia sebagai “negara bermasalah”.
AS mengatakan bahwa Moskow harus siap menerima konsekuensi atas tindakannya. Sekutu-sekutu AS di seluruh dunia melontarkan kecaman keras atas hal yang mereka jabarkan sebagai kampanye peretasan oleh badan intelijen militer GRU Rusia. [Ant/DR]