Zaman Sudah Berubah, Putin, Dewasalah !
Gunawan Wibisono
TERUS TERANG saya risau dengan perkembangan penyerbuan (bukan peperangan) Rusia ke Ukraina. Itu tidak bisa dibenarkan, atas alasan apapun.
Analoginya, bila tetanggamu tiba-tiba menyerbu rumahmu, yang mandiri dan berdaulat, dan berniat mengganti bapakmu, apa reaksimu?
Tentu saja kamu dan bapakmu akan melawan!
Itu yang dilakukan Volodymyr Zelenskyy presiden Ukraina yang sangat dicintai rakyatnya. Zelenskyy adalah sosok anti kemapanan dan anti korupsi.
Bukti ia didukung rakyatnya adalah kemenangan 73 persen (Joko Widodo, 55,50 %) dalam pemilu, yang mengantarkannya sebagai presiden sejak 20 Mei 2019.
Mundur ke belakang, Ukraina dahulu masuk dalam sebuah gabungan besar negara bernama Uni Sovyet yang komunis.
Saat itu berlaku hukum yang keras dan pertanian yang dijalankan adalah pertanian kolektif khas komunis. Lahan digarap bersama dan hasilnya dibagikan untuk dimakan bersama.
Sepintas sistem ini memang menawan namun tidak adil bagi pemilik lahan, karena ia mendapat jatah yang sama dengan orang yang tak punya apa-apa.
Ukraina adalah lumbung gandum yang sangat besar. Bila Anda berdiri di tepi sawahnya, Anda tidak akan melihat tepi sawah di ujung cakrawala, saking luasnya.
Seorang kapten Nazi Jerman, ketika Hitler menyerbu Ukraina pada PD2, sampai kagum luar biasa sebab ia sudah bermobil tiga hari namun ujung hamparan gandum tetap tak terlihat!
Wajar bila dahulu rakyat Ukraina sangat menentang kebijakan pemimpin Sovyet, Joseph Stalin, yang ingin menerapkan sistem pertanian kolektif.
Karena melawan, Stalin lalu bertindak keji, pada tahun 1932, pemerintah Soviet merampas semua gandum dan mengisolir Ukraina. Akibatnya kelaparan terjadi dimana-mana.
Korban nyawa berjatuhan. Jumlahnya mencapai 7 juta jiwa! Peristiwa yang terkenal dengan nama Holodomor (Genosida Ukraina) ini dinilai sangat kejam dan tercatat sebagai sejarah hitam bagi rakyat Ukraina.
Holodomor adalah akar kepahitan mendalam rakyat Ukraina atas rezim di Moskow.
Maka, tatkala Uni Sovyet bangkrut di tahun 1990, dan sistem komunis sudah tak lagi laku, Ukraina menyatakan melepaskan diri dari Uni Sovyet dan menyatakan berdiri sendiri menjadi negara merdeka 24 Agustus 1991.
Tercatat ada 15 negara baru dari bubarnya Uni Sovyet, yakni (menurut abjad) Armenia; 2. Azerbaijan; 3. Belarusia; 4. Estonia; Georgia; 6. Kazakhstan; 7. Kirgizstan; 8. Latvia; Lituania; 10. Moldova; 11. Rusia; 12. Tajikistan; Turkmenistan; 14. Ukraina; 15. Uzbekistan.
Dengan Rusia sebagai negara dengan bongkahan (wilayah) terbesar dari pecahan ini.
Rusia mewarisi wilayah asli, milik kekaisaran/ Tsar Rusia, sebelum komunis memberontak dan melancarkan revolusi berdarah yang kondang dengan nama Revolusi Oktober, karena terjadi 25. Oktober 1917.
Akibat revolusi ini Tsar terakhir Rusia, Nicholas II dan keluarganya, dibantai di sebuah ruang bawah tanah.
Pemberontakan ini kelak mewujudkan sebuah negara besar bernama Uni Sovyet, yang sepintas terlihat besar dan kuat namun ternyata sangat rapuh!
Sistem sama rata-sama rasa hanya berlaku bagi rakyat, di tingkat pejabat tinggi rezim, ya, sami mawon, korupsi merajalela.
Bila dahulu semua berbau barat dilarang, toh, para petinggi di Moskow sana sampai ada yang memiliki ruang diskotik pribadi.
Nah, setelah Ukraina berdiri sendiri, dengan Rusia sebagai negara terbesar, ada semacam ikrar tak tertulis bagi para negara pecahannya yakni: silakan berdiri sendiri namun jangan sekali-kali menoleh apalagi merangkul Barat!
Sebagai negara besar eks Sovyet, Rusia tetap keukeuh dengan egonya.
Mengapa Rusia tidak mau bila ada negara pecahan Sovyet yang main mata dengan pihak barat? Ya karena ia butuh negara-negara itu sebagai negara penyangga / buffer. Semakin kuat negara penyangga yang loyal pada Moskow, maka semakin aman.
Di timur, Rusia punya buffer, China dan Korea Utara yang menjadi benteng.
Putin khawatir bila ada yang merangkul Barat, maka, tak lama kemudian negara tersebut akan dijadikan pangkalan militer! Itu yang terjadi dengan Ukraina saat ini!
Moskow selalu “campur tangan” dalam pemilihan presiden di negara penyangga. Presiden terpilih tidak saja harus pro Moskow namun juga tunduk bila didikte.
Putin dulu berhasil “menanam” presiden Viktor Yanukovych yang sangat pro Rusia, namun rakyat Ukraina sangat menentangnya!
Rakyat dimana-mana tetap sama, tak ingin negaranya didikte negara lain dan -tentu- menghendaki perbaikan ekonomi!
Tak mau negaranya hanya jadi boneka, rakyat berontak pada presiden Yanukovych dan berhasil menurunkannya setelah melalui revolusi panjang dan berdarah yang terkenal dengan nama EuroMaiden di tahun 2013-2014.
Mengapa disebut EuroMaiden? Euro, karena rakyat Ukraina ingin negaranya bergabung dalam Uni Eropa dan Maiden karena demonstrasi dipusatkan di alun-alun bernama Maiden (seperti Monas, kalau di Jakarta)
Sekarang, rakyat Ukraina sangat senang dan bangga pada presiden pilihan, Volodymyr Oleksandrovych Zelensky, yang kerap direndahkan sebagai bekas komedian, namun mereka nilai bersih, berani dan berkeinginan melakukan perbaikan ekonomi dengan menggandeng Uni Eropa.
Seperti diduga, tahap berikutnya. Ukraina juga berencana menjadi anggota pakta pertahanan Atlantik Utara, Nato!
Nah, rencana ini dianggap sebuah dosa besar bagi Putin. Ia khawatir bila Ukraina masuk Nato, maka tak ada lagi penyangga bagi Moskow. Ukraina akan jadi pangkalan militer, dan itu sangat berbahaya. Jarak tembak semakin dekat.
Satu peluru nuklir dilepas dari Ukraina, Moskow makin sulit untuk menangkisnya. Itu sebabnya, Sabtu pagi ini ibukota Kiev diserbu dari lima penjuru dan siangnya pasukan Rusia sudah masuk ibukota.
Putin memang telah berkata bahwa dalam penyerbuan ini ia tak menginginkan wilayah, ia hanya perlu menurunkan presiden Ukraina, agar bergabungnya Ukraina ke Uni Eropa bisa dicegah.
Sementara, bagi rakyat Ukraina, bergabung dengan Uni Eropa adalah upaya perbaikan hidup.
Mereka sadar sejak merdeka di tahun 1991 dan menjadi negara penyangga, sebagai ‘tameng’ Rusia, tak membawa perubahan signifikan dan tidak juga menjadi negara mandiri.
Jaman sudah berubah. Bebaskan rakyat Ukraina menentukan pilihan sesuai nurani mereka.
Bagaimanapun, menyerbu rumah orang dengan alasan apapun tetap tidak bisa dibenarkan. Jangan sampai prahara Holodomor terjadi lagi.
Presiden Ukraina merasa negaranya ditinggal sendirian. Eropa, Amerika dan Nato dianggap diam dan tidak turun tangan membantu. Yang terjadi sebenarnya adalah: semua menahan diri agar perang tidak merembet!
Kebodohan saat terjadi PD 1 dan PD 2 jangan sampai terulang!