July 27, 2024

Ekonomi Industri pada Film Independen

0

Oleh: Retnaningsih Eni N, Mahasiswi Program Studi Ilmu Komunikasi, Program Pasca Sarjana Universitas Atmajaya Yogyakarta

 

 

LAHIRNYA pertunjukan film merupakan salah satu titik penting dalam perkembangan dunia hiburan. Sebagai image bergerak, film berkembang menjadi sebuah media ekspresi dan memiliki nilai komersil tinggi.

Kemunculannya bersama bioskop sebagai media penjajanya kemudian menjadi suatu fenomena global, sejak awal penemuannya hingga masa sekarang. Film telah menjadi cerminan budaya bangsa dan melibatkan banyak pihak dalam pengelolaanya. Hal ini dikarenakan film adalah hasil kerja kolektif. Denga kata lain, proses pembuatan film pasti melibatkan kerja sejumlah unsur dan, seperti produser, sutradara, penulis skenario, penata kamera, penata artistik, penata musik, editor, pengisi dan penata suara, serta aktor dan aktris.

Film-film Indonesia mengalami banyak kemajuan yang sangat pesat. Saat ini perfilman tanah air sudah mampu menunjukkan keberhasilannya untuk menampilkan film yang lebih dekat dengan budaya bangsa Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan munculnya film-film berkualitas paska tidurnya kreatifitas industri film Indonesia di tahun 1990an akibat adanya krisis identitas bangsa dalam pengangkatan tema – tema film yang di produksi pada kurun waktu tersebut (Yoppy:2015) selain itu hal ini menjadi indikasi bagaimana ekonomi media pada film independen bekerja.

Ekonomi Media pada Film Independent

Sisi komersial yang melekat pada film memunculkan konsep pembagian film di Indonesia yang biasa disebut sebagai film komersial dan film independen. Film independen merupakan film yang diciptakan untuk mengekspresikan karya atau seni seorang sutradara dalam bentuk visual.

Film independen yang biasa disebut film indie memberikan ruang gerak ekspresi yang lebih leluasa untuk pihak yang terlibat didalamnya dari sisi eksplorasi alur cerita, kreasi, dan pengambilan gambar maupun suara. Film Indie dibuat tidak semata mencari keuntungan tetapi diciptakan untuk menyasar suatu kelompok, institusi, dan perorangan sebagai bentuk pengespresian diri kepada target lain. Bentuk kreasi perfilman independen bersifat bebas dan tidak telepas dari karakteristik dan sineas yang unik (Achmad dkk:2019).

Secara financial memang pada dasarnya film indie tidak selalu menargetkan untuk mendapatkan pendapatan yang banyak, namun hal ini ternyata tidak mengahalangi semengat para pembuat film indie untuk tetap membuat film secara mandiri dengan dana pribadi. Kekonsistenan mereka terhadap melakukan pergerakan tersebut dapat menumbuhkan lingkungan berkarya sendiri menjadi sebuah ruang lingkup berkarya yang besar tanpa harus kehilangan idealisme dalam tiap penyuguhan karyanya.

Pemasalahan para sineas tidak hanya berakitan dengan financial tetapi juga berkutat pada masalah tentang mencari bagaimana pendistribusian dalam berkarya. Para sineas harus berhadapan dengan mekanisme pasar yang mengkotak-kotakan antara film indie dan film komersial.

Mereka membandingkan keduanya berdasarkan peta pemasaran dan segmentasi penonton, serta daya jual yang didapatkan dari keduanya hingga akhirnya memunculkan jurang pemisah antara industri film komersil dan film indie. Hal tersebut dilihat dari bagaimana sebuah karya mampu atau tidak menghasilkan banyak penonton untuk datang menonton dan membayar tiket sebagai bentuk pengapresiasian karya (yoppy:2015).

Model pemasaran yang dilakukan oleh para sineas menggunakan media sosial atau secara word of mouth (Achmad dkk:2019) dengan tujuan untuk memasarkan karya seni yaitu film independen yang dihasilkan.

Teknik pemasaran ini merupakan teknik pemasaran yang efektif dan tidak terlalu banyak memakan biaya, sebagai contoh pemasaran melalui Instagram atau Facebook. Selain itu para film maker ini ternyata juga masih masalah lainya terkait dengan regulasi film mengenai pembagian fee, hak penayangan ulang sehingga menimbulkan permasalahan yang pelik bagi pembuat film itu sendiri.

Kesimpulan

Bentuk komersial yang melekat pada film memunculkan konsep pembagian film di Indonesia yang biasa disebut sebagai film komersial dan film independen. Film independent merupakan film yang diciptakan untuk mengekspresikan karya atau seni seorang sutradara dalam bentuk visual.

Film independen yang biasa disebut film indie memberikan ruang gerak ekspresi yang lebih leluasa untuk pihak yang terlibat didalamnya dari sisi eksplorasi alur cerita, kreasi, dan pengambilan gambar maupun suara. Film indie hingga saat ini memiliki penggemar tersendiri meskipun masih terdapat permasalahan pelik dari mulai pembiayaan, hak atas penayangan ulang hingga tata cara pendistribuasian.XX

About The Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *