Prudential Indonesia Hadirkan PRUSolusi Sehat

0

Titik Soeharto (kanan) bersama Tim Rumah Aspirasi Prabowo-Sandi saat menjenguk TKI Shinta Danuar di Rumah Sakit H-Ping Yen, Taipe, Taiwan, Minggu (18/11/2018).

Topvoxpopuli.com – Merebaknya pandemi Covid -19 menjadi pemacu bagi PT Prudential Life Assurance atau Prudential Indonesia dalam menegaskan komitmennya selama 25 tahun untuk selalu mendengarkan, memahami dan mewujudkan berbagai kebutuhan perlindungan kesehatan dan kesejahteraan jangka panjang bagi seluruh keluarga Indonesia.

Untuk itu, Selasa (30/6/2020) Prudential Indonesia meluncurkan “PRUSolusi Sehat dan PRUSolusi Sehat Syariah” yakni asuransi kesehatan murni tanpa komponen investasi yang dapat menjangkau masyarakat lebih luas dalam menghadapi tantangan kesehatan serta dampak finansial yang mungkin ditimbulkan.

President Director Prudential Indonesia, Jens Reisch, dalam siaran persnya, Selasa (30/6/2020), menjelaskan, pandemi Covid-19 mengajarkan semua manusia bahwa risiko kesehatan bisa menyerang kapan saja tanpa diprediksi, dan dapat berdampak pada finansial keluarga.

Untuk melindungi lebih banyak masyarakat Indonesia di tengah situasi yang menantang saat ini, kata dia, Prudential Indonesia kembali berinovasi melalui PRUSolusi Sehat dan PRUSolusi Sehat Syariah sebagai solusi asuransi kesehatan murni yang terjangkau dan terfokus pada perlindungan kesehatan. “Di masa mendatang, nasabah juga dapat meng-upgrade polis mereka guna mendapatkan tambahan manfaat yang makin menyeluruh, termasuk investasi,” kata dia.

Dengan segala dampak yang terasa jelas selama Covid-19, masyarakat harus bijak merencanakan keuangan, terutama untuk mempersiapkan perlindungan kesehatan.

Pakar Ekonomi dan Asuransi Kesehatan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Budi Hidayat, mengatakan, tantangan kesehatan yang kini makin kompleks melahirkan sejumlah risiko sakit, sehingga perencanaan keuangan yang tepat menjadi krusial agar terhindar dari pengeluaran katastropik, yaitu ketika rumah tangga membelanjakan lebih dari 10% total pendapatan mereka (diukur dari tingkat konsumsi) untuk perawatan kesehatan.

Faktanya, kata dia, pada 2013, ada 4,2% penduduk Indonesia atau 10,5 juta jiwa membelanjakan lebih dari 10% total pendapatan mereka untuk biaya kesehatan. Angka ini naik menjadi 4,5% (atau 11,8 juta jiwa) pada 2017. “Peluang kejadian belanja katastropik rumah tangga makin tinggi ketika ada anggota keluarga yang membutuhkan pelayanan rawat inap. Pada 2017, misalnya, kejadian belanja katastropik akibat risiko sakit di antara pasien yang butuh layanan rawat inap mencapai 27,9% atau 3,1 juta jiwa . Jika tidak disiasati dengan baik, maka pengeluaran katastropik yang merapuhkan kondisi finansial keluarga berpotensi terjadi pada siapa saja, tanpa pandang bulu,” lanjut Budi.

Selain itu, kata dia, riset pada 2015 yang ditujukan bagi para peserta asuransi yang baru saja keluar dari rumah sakit di enam provinsi yakni Jakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan Timur, dan Sulawesi Utara menunjukkan bahwa 18% dari 2.728 pasien masih membayar biaya pengobatan dengan uang pribadi mereka (out of pocket).

Oleh karena itu, kata dia, asuransi kesehatan dengan harga terjangkau dan memiliki manfaat komplit sangat dibutuhkan agar dapat melindungi kestabilan finansial di tengah biaya rumah sakit yang terus meningkat. Pada 2019, kenaikan biaya rumah sakit Indonesia diperkirakan meningkat 10,8% dari 2018, lebih tinggi dibandingkan beberapa negara Asia lainnya. [TVP/David]

About The Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *