July 27, 2024

Jokowi: Pandemi Momentum Kejar Ketertinggalan dari Negara Maju

0

Presiden Jokowi

Jakarta, Topvoxpopuli.com Ambruknya perekonomian negara maju akibat pandemi Covid-19 diharapkan bisa ditangkap sebagai peluang dan momentum agar ekonomi Indonesia bisa mengejar ketertinggalannya selama ini.

Seperti diketahui, sebanyak 215 negara, tanpa terkecuali, sedang menghadapi masa sulit diterpa pandemi Covid-19. Dalam catatan WHO, sampai dengan tanggal 13 Agustus, terdapat lebih dari 20,4 juta kasus di dunia, dengan jumlah kematian di dunia sebanyak 744.000. Alhasil semua negara, baik negara miskin, berkembang, termasuk maju, semuanya sedang mengalami kemunduran karena terpapar Covid-19.
Krisis perekonomian dunia juga terparah dalam sejarah. Di kuartal I 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih plus 2,97%, tapi di kuartal II minus 5,32%. Ekonomi negara-negara maju bahkan minus belasan persen, sampai minus 17% – 20%.

“Ibarat komputer, perekonomian semua negara saat ini sedang macet, sedang hang. Semua negara harus menjalani proses mati komputer sesaat, harus melakukan re-start, harus melakukan re-booting. Semua negara mempunyai kesempatan men-setting ulang semua sistemnya,” ujar Presiden Jokowi pada pembukaan Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2020 di Gedung MPR RI Senayan, Jakarta, Jumat (14/8/2020).

Musibah pandemi ini, seyogyanya seru Jokowi juga harus bisa dianggap sebagai sebuah kebangkitan baru untuk melakukan sebuah lompatan besar. Namun, ini bisa digapai dengan membenahi diri secara fundamental, melakukan transformasi besar, dan menjalankan strategi besar di bidang ekonomi, hukum, pemerintahan, sosial, kebudayaan, termasuk kesehatan dan pendidikan. “Saatnya kita bajak momentum krisis untuk melakukan lompatan-lompatan besar,” tegasnya.

Pada HUT RI ke-75 tahun, Indonesia telah menjadi negara berpenghasilan menengah dengan pendapatan per kapita di atas Rp 57 juta atau upper middle income country. Di mana, 25 tahun lagi saat usia seabad Republik Indonesia, Jokowi berharap Indonesia sudah berpredikat negara maju.

“Masih tersedia waktu 25 tahun lagi bagi kita untuk menyiapkan seabad Indonesia merdeka, untuk membangun Indonesia yang kita cita-citakan. Target kita saat ini bukan hanya lepas dari pandemi, bukan hanya keluar dari krisis. Langkah kita adalah melakukan lompatan besar memanfaatkan momentum krisis yang saat ini sedang terjadi,” kata Jokowi.

Jokowi menambahkan, krisis memberikan momentum bagi kita untuk mengejar ketertinggalan, untuk melakukan transformasi besar, dengan melaksanakan strategi besar. “Mari kita pecahkan masalah fundamental yang kita hadapi. Kita lakukan lompatan besar untuk kemajuan yang signifikan. Kita harus bajak momentum krisis ini. Kita harus serentak dan serempak memanfaatkan momentum ini. Menjadikan Indonesia setara dengan negara-negara maju,” ungkap Jokowi.

Lebih lanjut, Jokowi meminta agar seluruh kementerian lembaga melakukan reformasi fundamental dalam cara bekerja. Pasalnya, semua negara, termasuk Indonesia sedang berlomba-lomba memanfaatkan peluang dari kejatuhan ekonomi negara lain akibat pandemi Covid-19 untuk mengejar ketertinggalan negaranya. “Kesiap-siagaan dan kecepatan kita diuji di masa pandemi ini,” katanya.

Misalnya saja saat harus mengevakuasi warga negara Indonesia dari wilayah pandemi di Tiongkok. Termasuk, menyiapkan rumah sakit, rumah isolasi, obat-obatan, alat kesehatan, dan mendisiplinkan protokol kesehatan. Di mana, semuanya harus dilakukan secara cepat, dalam waktu yang sangat singkat.

“Ketika krisis kesehatan tersebut berdampak pada perekonomian nasional, kita juga harus cepat bergerak seperti memberikan bantuan sosial bagi masyarakat melalui bantuan sembako, bansos tunai, subsidi dan diskon tarif listrik, BLT Desa, dan subsidi gaji, membantu UMKM untuk memperoleh restrukturisasi kredit, memperoleh banpres produktif berupa bantuan modal darurat, dan membantu pembelian produk-produk mereka, serta membantu tenaga kerja yang menjadi korban PHK,” tambah Jokowi.

Hal tersebut, diakuinya tidak mudah, apalagi krisis ini telah memaksa seluruh elemen untuk menggeser channel cara kerja. Dari cara-cara normal menjadi cara-cara ekstra-normal. Lalu, dari cara-cara biasa menjadi cara-cara luar biasa. Dari prosedur panjang dan berbelit menjadi smart short cut. Dari orientasi prosedur menjadi orientasi hasil. Pola pikir dan etos kerja juga harus berubah. Fleksibilitas, kecepatan, dan ketepatan, sambungnya juga sangat dibutuhkan.

Presiden juga berpesan agar untuk menjaga ketahanan pangan, tidak lagi bisa dengan cara-cara manual, tetapi menggunakan teknologi modern dan pemanfaatan kecanggihan digital. Bukan hanya untuk pasar domestik, tetapi juga untuk pasar internasional. Di lain sisi, ekosistem nasional yang kondusif bagi perluasan kesempatan kerja yang berkualitas juga harus dibangun, salah satunya melalui penataan regulasi.

“Regulasi yang tumpang tindih, yang merumitkan, yang menjebak semua pihak dalam risiko harus kita sudahi. Semua ini kita dedikasikan untuk perekonomian nasional yang adil, untuk kepentingan yang sudah bekerja, untuk kepentingan yang sedang mencari kerja, untuk mengentaskan kemiskinan, dengan menyediakan kesempatan kerja yang berkualitas seluas-luasnya. Kita ingin semua harus bekerja. Kita ingin semua sejahtera,” ujarnya seraya menambahkan bahwa ideologi dan nilai-nilai luhur bangsa tidak boleh dipertukarkan dengan kemajuan ekonomi. [TVP/LON]

About The Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *