Era Disrupsi Ancam Pranata Pendidikan

0

[RUTENG]  Era disrupsi atau era teknologi 4.0 membawa tantangan serius bagi semua lembaga pendidikan yang menyiapkan tenaga-tenaga terampil dan profesional. Kurikulum sebagus apapun tidak akan mampu mengantisipasi gejolak dan perubahan-perubahan di luar kampus yang dipicu oleh perkembangan teknologi yang luar biasa. Hal ini dikatakan oleh Dr. Marselus Ruben Payong, M.Pd, dosen STKIP Santu Paulus Ruteng dalam seminar sehari bertajuk “Menjadi Sarjana yang Adaptif, Inovatif, dan Humanis di Era Milenial” di Ruteng (4/10).

Ketua STKIP Santu Paulus Ruteng, Yohanes Servatius Lon (kanan) mewisuda mahasiswi (kiri) STKIP Santu Paulus Ruteng. (Willy Grasias )

Menurut Lektor Kepala dalam bidang Teknologi Pendidikan itu, era disrupsi cepat atau lambat akan menggerus peran pranata pendidikan yang sudah lama mapan dari aktivitas yang melestarikan nilai-nilai (conserving activity) menjadi aktivitas transformasional sebagai pendobrak tata nilai (subversive activity).

“Bukan tidak mungkin, dengan adanya teknologi pembelajaran seperti massive open online course (MOOC), virtual classroom, open education, online learning, web-based education, suatu saat akan mengubah wajah pendidikan di dunia di mana pendidikan bukan lagi merupakan pranata yang melembagakan previlese tertentu tetapi menjadi sebuah pranata yang terbuka dan mudah diakses oleh siapa saja tanpa pandang usia, status sosial, dan kedudukan”, imbuhnya.

Kondisi ini, kata alumnus Teknologi Pendidikan UNJ itu, akan menyebabkan tidak ada lagi diferensiasi antara kaum terdidik dan non terdidik, kaum cendekiawan dan kaum awam, kaum profesional dan non profesional. “Bahkan bukan tidak mungkin gelar-gelar akademik suatu saat tidak akan ada artinya lagi karena akses terhadap pengetahuan, keterampilan dan keahlian profesional bukan lagi menjadi previlese kelompok tertentu”, imbuhnya.

Menurut Asesor BAN PT itu, dengan era disrupsi, di masa depan pendidikan akan semakin terkostumisasi (costumized), didesain sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sesaat dan secepatnya akan ditinggalkan. Ini menjadi tantangan serius bagi lembaga-lembaga pendidikan yang masih setia dengan kurikulum-kurikulum nasional yang sentralistik, dengan standar-standar proses dan standar-standar evaluasinya maupun standar pengelolaan yang tidak mau berubah.

Seminar yang digelar dalam rangka wisuda lulusan STKIP Santu Paulus Ruteng tahun akademik 2017/2018 tersebut juga menghadirkan pembicara Dr. Phil. Nobert Jegalus, MA, dosen Univ. Katolik Widya Mandira Kupang dan Dr. Marianus Mantovany Tapung, M.Pd., dosen STIKES Santu Paulus Ruteng. [Willy Grasias]

 

 

About The Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *