Presiden Joko Widodo.

[JAKARTA] Direktur Eksekutif Tali Foundation dan Praktisi Ekonomi Digital, Jusman Dalle, menyatakan, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menjadi parpol paling populer di kalangan milenial. PDIP bahkan mengalahkan popularitas Partai Solidaritas Indonesia (PSI), meski partai baru ini paling getol membangun citra sebagai partainya anak muda. “Kuatnya dukungan milenial ke PDIP tentu tak lepas dari cottail effect  yang diperoleh dari sosok Presiden Jokowi,” ujar Jusman dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (27/10).

Presiden Joko Widodo.

Walau bagaimana pun, kata Jusman, Jokowi tetap identik dengan PDIP. Di luar Jokowi effect, belakangan ini PDIP memang mulai aktif mendekati milenial dengan mengkomunikasikan caleg-caleg muda dari kalangan selebritas dan pesohor.

Tapi yang paling menarik, kata Jusman, di luar faktor pendekatan komunikasi, kecenderungan pilihan milenial ini tidak lepas dari kuatnya kesan kehadiran pemerintah di kancah ekonomi digital. Impresi pertumbuhan ekonomi digital memberikan efek wow kepercayaan kepada pemerintah. “Milenial menilai upaya pemerintah bekerja memajukan industri digital,” ucapnya.

Impresi ekonomi digital, kata Jusman, merupakan faktor kunci dalam membaca arah dukungan generasi muda dalam kontestasi piplres dan pileg. Terutama bagi petahana dan Parpol pendukungnya yang paling mudah mengakses milenial melalui industri digital. “Generasi milenial merupakan generasi independen yang piawai berselancar di atas gelombang ekonomi digital, dan juga penentu arah politik elektoral di Indonesia,” kata dia.

Selain itu, Jusman mengungkapkan, industri digital tumbuh impresif di Indonesia. “Paling kinclong di antara semua sektor industri, bahkan dua kali lipat dari pertumbuhan ekonomi nasional,” ujarnya.

Menurut Jusman agak sulit menemukan industri yang tumbuh hingga 10,7% per tahun saat ekonomi nasional hanya tumbuh 5,07%. Sebagai komparasi, di sektor Fast Moving Cunsomer Goods (FMCG) yang tumbuh 2,7% pada tahun 2017. Demikian juga industri properti yang mencatat pertumbuhan di angka 3,68%. “Padahal, sehari-hari kebutuhan 260 juta rakyat Indonesia tak pernah lepas dari dua sektor ini,” ucapnya.

Nyatanya, kata Jusman, industri digital mampu berlari kencang di antara semua industri. Ini membuktikan bahwa sektor ekonomi digital amat digandrungi. Pemerintah termasuk cepat merespons gemuruh pergerseran lanskap ekonomi ke arah digitalisasi. Hal ini terlihat dari kebijakan dan program-program promotif pemerintah untuk menghela industri digital.

Dia mengatakan, bulan Agustus tahun 2017, pemerintah merilis Peraturan Presiden (Perpres) tentang Road Map Ecommerce Indonesia tahun 2017 -2019. Pemerintah juga proaktif menjaring investor global yang diarahkan ke sektor industri digital. Mulai dari memboyong para pendiri startup untuk muhibah ke Silicon Valley, hingga proses perizinan yang dibuat ringkas. “Indonesia sudah berada di jalur yang benar untuk menjadi bangsa terdepan di industri digital,” tandasnya.

Dengan itu, Jusman mengatakan generasi milenial sebagai aktor utama industri digital merupakan pintu masuk untuk mengintroduksi preferensi politik segmen pemilih jumbo ini. Terlebih, milenial kini jadi rebutan di pentas kontestasi politik nasional.

Berbagai lembaga memperkirakan jumlah pemilih milenial tak kurang dari 40% dari total pemilih. “Milenial jadi segmen pemilih yang paling diperebutkan. Capres dan Cawapres hingga partai politik berlomba-lomba membangun proksimiti dengan milenial. Simbol-simbol milenial mendominasi materi komunikasi atributif para kandidat di berbagai medium promosi,” ucapnya.

Namun demikian, kata Jusman, mendekati pemilih milenial memang bukan langkah mudah. Milenial adalah generasi yang cuek dengan urusan politik. Sikap cuek terhadap politik merupakan perilaku bawaan generasi milenial secara global.

Di Indonesia, kata dia, beberapa survei merekam preferensi pemilih milenial, baik untuk kandidat capres-cawapres maupun untuk partai politik.

Menurut survei Saiful Mujani Research Center (SRMC) tahun 2017 silam, pasangan Joko Widodo-Maruf Amin masih unggul di kelompok pemilih usia muda. Senada, survei LSI Denny JA yang digelar pada Agustus 2018 juga menangkap hasil serupa. “Sebanyak 50,8 persen responsen pemilih muda usia 17-39 tahun melabuhkan pilihan ke Jokowi-Ma’ruf, sedangkan Prabowo-Sandi meraup 31,8%,” pungkasnya. [DR]

 

About The Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *