Dukung Gerakan Sejuta Gus Iwan, Simac Ajak Santri Melek Digital

0

Kiri : Nur Rahman ( Ketua Simac)- Tengah: Febri Wibawa Parsa( Sekjen Akurindo), Kanan: Gus Syauqi ( Santripreneur/ Pembina Simac) saatAcara Diskusi& Launching Kedai Kopi Abah, Pondok Mitra Lestari, Bekasi Selatan, Sabtu pekan lalu.

[JAKARTA] Perkembangan Industri 4.0 yang serba digital, perlu juga direspon oleh para santri. Santri milenial dan Pondok Pesantren harus mampu berinovasi dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) demi kemajuan bangsa.

Kiri : Nur Rahman ( Ketua Simac)- Tengah: Febri Wibawa Parsa( Sekjen Akurindo), Kanan: Gus Syauqi ( Santripreneur/ Pembina Simac) saatAcara Diskusi& Launching Kedai Kopi Abah, Pondok Mitra Lestari, Bekasi Selatan, Sabtu pekan lalu.

Hadirnya gagasan Arus Baru Ekonomi Indonesia sangat membutuhkan peran umat dan pesantren dalam membangun ekonomi bangsa. Itulah yang menjadi perbincangan substansial pada acara diskusi dan launching, “Kedai Kopi Abah: Membumikan Gerakan Santri Usahawan (Gus Iwan) di Era Digital”

Acara ini diselenggarakan oleh Santri Milenial Center (Simac) dan Asosiasi Kelompok Usaha Rakyat Indonesia (Akurindo) di Kedai Kopi Abah, Pondok Mitra Lestari, Bekasi Selatan, Sabtu (3/11) sebagaimana dalam siaran pers yang diterima Senin (5/11) malam.

Hadir sebagai pembicara utama, Gus Syauqi, santripreneur sekaligus putra KH.Ma’ruf Amin, penggagas Arus Baru Ekonomi Indonesia. Hadir pula dalam forum ini, Nur Rahman, Ketua Simac; Febri Wibawa Parsa, Sekretaris Jenderal Akurindo; Rick Bleszynski, CEO Splend Sezc; Kang Wahab, CEO Santri Online; dan moderator Ning Lathifa.

“Sekarang saatnya santri dan pesantren mengambil peran utama di media digital. Pesantren dan santri  diharapkan tak hanya menjadi pusat pendidikan dan kajian agama tapi juga sebagai motor penggerak ekonomi berbasis keumatan,” kata Gus Syauqi dalam sambutannya.

Pria yang akrab disapa Gus Oqi ini mendorong para  santri untuk melek teknologi dan mampu memanfaatkan TIK, baik untuk  proses pembelajaran maupun pengembangan ekonomi berbasis digital.

“Santri harus siap dengan segala bentuk perkembangan teknologi. Banyak platform media sosial yang dapat digunakan sebagai media pendidikan dan pengembangan ekonomi kreatif. Kita ingin ke depan Pesantren tidak hanya mencetak para santri yang gemar mengaji tetapi  juga bisa menjadi para usahawan sukses,” kata Gus Oqi.

Untuk itu, lanjut Gus Oqi, pihaknya akan membumikan Gerakan sejuta Gus Iwan. Gus Iwan adalah singkatan dari Santri Bagus, Rupawan, Seneng Ngaji dan Wirausahawan. Gerakan ini merupakan  buah komitmen KH Ma’ruf Amin dalam mencetak generasi tangguh yang Islami dengan menciptakan produk halal dan tidak ada riba.

Selain menargetkan mencetak setuja Gus Iwan di seluruh Indonesia, Simac juga akan mengirim para santri usahawan untuk belajar dan mengikuti pelatihan di Australia. Diharapkan setelah kembali mereka akan menjadi usahawan yang mendiri dan sukses sehingga bisa berkontribusi terhadap ekonomi bangsa.

“Kami sedang menggagas pelatihan digital berbasis komunitas di pesantren. Harapannya, Indonesia akan menuju era keemasan dan  dimotori oleh anak-anak muda yang terpanggil jiwa raganya demi bangsa Indonesia,”ujar Gus Oqi.

Febri Wibawa Parsa, mengatakan saat ini setiap lini kehidupan manusia mengalami transformasi, dimana aktivitas banyak yang dilakukan di dunia maya. “Genarasi milenial saat ini tidak dapat dipisahkan dengan digital. Sejak bangun tidur hingga beraktifitas seharian pasti dilakukan melalui gedget mereka,”kata Febri.

Kaum milenial menjadi pengguna internat terbanyak di Indonesia saat ini. Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (Apjii), jumlah pengguna internet tanah air sebesar 143,26 juta orang atau sekitar 54,68% dari 262 juta orang penduduk Indonesia. Dari jumlah ini, lebih dari setengahnya  merupakan anak-anak muda berumur 19-34 tahun. “ Ini angka yang fantastis. Kaum muda terutama para santri bisa  memanfaatkan kemajuan teknologi digital ini untuk menggeluti dunia usaha,”ujar Febri.

Nur Rahman, mengungkapkan hal yang sama. Menurutnya, potensi anak muda yang begitu besar ini ditangkap Simac untuk menjadi wadah bertukar pikiran dan memulai aksi untuk berwirausaha. “Melalui wadah Gus Iwan kami ingin mencetak jutaan santri usahawan. Bagi anak-anak muda yang ingin bergabung dengan Gus Iwan akan mendapatkan kartu anggota. Kartu Gus Iwan ini bisa bermanfaat sebagai fasilitas untuk mempermudah akses modal usaha, pelatihan, hingga pengurusan izin usaha,”kata Nur Rahman.

Untuk diketahui, peluncuran Kedai Kopi Abah ini merupakan salah satu upaya mendukung Gerakan Ekonomi Kerakyatan  atau Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) nasional. “Sedangkan penggunaan nama Abah sendiri memiliki arti bahwa Abah adalah orang sepuh dan dekat bersama kita. Sedangkan kopi sudah menjadi salah satu warisan Nusantara sejak lama,” kata dia.

Rencananya, Kedai Kopi Abah akan di-launching juga diberbagai daerah lain di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Depok, Cirebon, Bali, Pasuruan, Probolinggo, Tanggerang dan Papua. [RH}

 

About The Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *