December 2, 2024

Industri 4.0 akan Cetak 3,7 Juta Jenis Pekerjaan Baru

0

Menteri Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri, saat berbicara dalam seminar nasional yang mengambil tema ‘Keadilan Sosial dan Tantangan Ketersediaan Lapangan Kerja di Indonesia" di Jakarta, Kamis (13/12).

[JAKARTA] Menteri Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri mengatakan, dengan adanya industri 4.0, maka akan  ada pekerjaan baru yang muncul dan akan ada beberapa pekerjaan lama yang menghilang. Dunia industri akan mengalami disrupsi dan mengalami kolaborasi beberapa jenis platform baru sehingga menghasilkan jenis industri baru, hal ini berdampak pada jenis pekerjaan dalam industri tersebut.

Menteri Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri, saat berbicara dalam seminar nasional yang mengambil tema ‘Keadilan Sosial dan Tantangan Ketersediaan Lapangan Kerja di Indonesia” di Jakarta, Kamis (13/12).

“Saat ini kita telah memasuki era revolusi industri 4.0, dalam era ini 3,7 juta pekerjaan baru akan muncul sebagai dampak ekonomi digital dan 52,6 juta pekerjaan berpotensi akan hilang,” kata Hanif dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh The Habibie Center bersama Hanns Seidel Foundation,  Jakarta, Kamis, (13/12).

Masa depan pekerjaan dalam era industri 4.0 akan banyak dipengaruhi oleh kehadiran big data. Keberadaan big data memiliki peluang menjanjikan untuk merevolusi dunia industri secara global.  “Dibandingakan dengan era revolusi industri sebelumnya, generasi ke-4.0 lebih sulit untuk diprediksi arah perubahannya. Kehadiran big data menjadi faktor penting yang melandasi perubahan tersebut,” terang Hanif.

Untuk itu, jelas Hanif, kuncinya ada pada penciptaan tenaga kerja kompeten secara kualitas, kuantitas, dan persebaran. Dimana kualitas harus sesuai kebutuhan pasar kerja. Kuantitas atau jumlah tenaga kerja harus banyak (memadai). Persebaran, tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia.

“Saat ini, terjadi perubahaan paradigma tehadap pekerjaan. Salah satu pola yang terbentuk adalah manusia tidak lagi mengejar status pekerjaan tetap, tetapi memilih untuk tetap bekerja. Kita tidak bahagia dengan keadaan ini, tetapi beginilah dunia sekarang ini, kita harus siap menghadapinya,” jelas Hanif.

Hanif kemudian memaparkan tiga kelemahan pekerja Indonesia, yang pertama adalah mengenai karakter dan etos kerja. Di dunia kerja karakter itu menjadi modal utama agar pekerja kita siap bersaing di pasar kerja global. “Pekerja Indonesia kurang memiliki etos kerja yang kuat, selain itu bila melihat kondisi SDM di Indonesia, kita juga lemah dalam penguasaan bahasa asing (Inggris). Kelemahan lainya pada umumnya adalah penguasaan komputer / IT,” terang Hanif.

Sedangkan Direktur Eksekutif The Habibie Center, Hadi Kuntjara, menambahkan, keadilan sosial sebagaimana bunyi sila kelima Pancasila dapat dipenuhi melalui ketersediaan lapangan kerja yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.

“Namun, persaingan global akan kualitas tenaga kerja dan keniscayaan hadirnya disruptif teknologi, merupakan tantangan yang harus dihadapi tenaga kerja Indonesia yang 60 persennya masih didominasi lulusan SD-SMP,” ungkap Hadi.

Dalam seminar nasional yang mengambil tema ‘Keadilan Sosial dan Tantangan Ketersediaan Lapangan Kerja di Indonesia” hadir empat pembicara lainnya yaitu Greg Chen (Komite Regulasi dan Hubungan Kelembagaan Asosiasi Pengusaha Indonesia-Apindo, Anis Hidayah (Aktivis Migrant Care), Muhamad Reza (CEO Toleap Inkubator Bisnis), dan Umar Juoro (Dewan Pakar The Habibie Center). [RH]

 

 

About The Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *