Radio di Era Revolusi Industri 4.0

0

Retnaningsih Eni N

Oleh: Retnaningsih Eni N, mahasiswi Program Studi Ilmu Komunikasi, Program Pasca Sarjana Universitas Atmajaya Yogyakarta

 

DEWASA ini dunia telah mulai masuk dalam era revolusi industri 4.0, pada era ini ditandai dengan transformasi cara kerja manusia yang menjadi lebih otomatis atau digitalisasi dan menggunakan Artficial Inteligent.

Perubahan teknologi di era revolusi industri 4.0 mempengaruhi perubahan teknologi informasi sehingga media massa mengikuti perkembangan digital tersebut agar tidak kehilangan pengikutnya. Media massa memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat sebagai pemasok kebutuhan informasi, Pendidikan hingga hiburan.

Sebagai salah satu media massa, Radio memiliki beberapa fungsi utama yaitu menyiarkan (to Inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertain) dan untuk mepengaruhi (to influence). Radio tidak bisa lepas dari fungsi-fungsi tersebut karena termasuk dalam media pers (Yusron et al, 2019: 434).

Kecenderungan masyarakat tidak lagi menggunakan radio sebagai medium favorit mereka dalam memperoleh informasi tampak pada semakin menurunnya orang yang memiliki pesawat radio.

Menurunya penikmat radio dikarenakan tidak berdayanya radio mengahadapi persaingan dengan televisi untuk merebut pasar khalayak. Radio mengalami penurunan penikmat dikarenakan memiliki kelemahan, Radio bersifat auditori padahal sekarang ini masyakarat lebih menyukai informasi dengan paket lengkap yaitu audio dan visual, serta dapat diakses di manapun dan kapanpun.

Awal mulanya radio digunakan sebagai medium favorit dalam memperoleh informasi atau dijadikan ajang untuk mendapatkan banyak keilmuan dari penyiaran-penyiaran yang bersifat edukatif. Namun memasuki revolusi industri 4.0 terjadi transformasi pada manusia. Manusia mengalami masa transisi dari generasi milenial ke generasi Z.

Menurut Wibawanto (2016) Generasi Z hadir dengan fasih menggunakan perangkat teknologi, senang bersosial dengan berbagai kalangan khususnya menggunakan media sosial, ekspresif, serta cepat berpindah dari satu pemikiran atau pekerjaan ke pemikiran atau pekerjaan yang lain.

Kehadiran media baru berbasis internet menyebabkan pengelola bisnis media mainstream harus membuat strategi baru untuk bertahan diri. Teknologi informasi dan komunikasi telah memperluas ruang radio komunikatif dan mengubah sifat keterlibatan audiens.

Melalui ruang-ruang yang diperluas ini, stasiun radio semakin memandang pendengar mereka sebagai publik dan bukan hanya khalayak. Berarti, pendengar saat ini turut menghasilkan, mengedarkan, dan membagi informasi dengan cara yang memungkinkan mereka untuk mengatur diri mereka sendiri sebagai publik di sekitar teks radio (Nur aini, 2020).

Dengan kehadiran media baru Radio harus mampu berinovasi untuk mendapatkan audiens di kalangan generasi Z yang notabane-nya fasih dalam menggunakan teknologi.

Oleh karena itu, untuk mengikuti perkembangan zaman, radio saat ini memilih melakukan konvergensi media yaitu berintegrasi dengan new media dalam segala bentuk penyiarannya. Adapun konvergensi media telah dilakukan oleh banyak radio, terutama di kota-kota besar, dan memiliki dampak signifikan terhadap perluasan pasar audiens dan belanja iklan radio.

Melalui penelitian yang pernah dilakukan Trinovia (2017) terhadap beberapa radio (radio Swaragama FM, Geronimo Fm dan Prambors FM), diketahui bahwa jangkauan khalayak ketiga radio ini telah meluas hingga ke mancanegara, yakni Eropa, Amerika, Rusia, Hongkong dan Thailand.

Selain dengan sinyal pemancar, radio sekarang merambah dunia Internat. Mohammed dalam bukunya yang berjudul “Global Radio from Shortwave to Streaming” menyatakan bahwa teknologi streaming telah membawa dimensi global radio ke garis depan, dengan jangkauan global sebagai bagian penting dari sistem penyebaran audio nirkabel dan efek sosialnya yang kita kenal sebagai radio siaran.

Radio sebagai media komunikasi saat ini telah mengadaptasi dan menggunakan teknologi digital untuk memperluas jangkauannya dengan membuka platform baru untuk partisipasi audiens (Nur aini, 2020).

Meski demikian, saat ini radio harus berkolaborasi dengan media baru sebagai pendukung dan bukan malah menghindarinya. Hal ini dikarenakan ada kelebihan-kelebihan media baru yang tidak dimiliki oleh radio (Rachmaria & Dewi, 2018).

Selain itu, radio juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pertama adalah radio tidak menyajikan gambar sehingga mengurangi ketertarikan audiens. Kedua, informasi yang disampaikan hanya selintas saja, sehingga apabila pendengar tertinggal, pesan yang disampaikan tidak dapat diulangi lagi. Ketiga, terdapat batasan waktu dalam setiap siaran. Keempat, siaran radio berpotensi terganggu karena adanya noise (Nur aini, 2020).

Konvergensi telah membuka kesempatan baru radio untuk berkembang, bahkan sekarang ini muda-mudi Millenials dan Generasi Z tengah menggandrungi Podcast yang memiliki konsep sama dengan Radio sebagai wadah untuk mendengarkan sebuah berita yang informatif.

Williems (2013) berpendapat bahwa konvergensi radio juga menjadi sebuah usaha untuk meningkatkan pendapatan radio dengan menggunakan partisipasi khalayak dalam produksi konten radio. Dengan adanya konvergensi radio dengan New Media memberikan keuntungan dan menambah pemasukan. Dengan konvergensi dan strategi bertahan yang baik bukan tidak mungkin radio dapat mencapai massa kejayaannya kembali.xx

About The Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *