Sinergisitas Ruang Dengar

0

Arta Elisabeth Purba

Oleh: Arta Elisabeth Purba, mahasiswi Magister Ilmu Komunikasi UAJY

DI MASA masa pandemi Covid-19, khalayak berlomba untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya dengan memanfaatkan berbagai macam media, mulai dari media lama seperti media cetak yang terdiri dari televisi dan radio dan media baru dengan kecanggihan teknologi informasi yang berbasis internet seperti media online, podcast dan media sosial.

Menariknya, banyak orang yang ingin tetap bisa melakukan pekerjaan multitasking kapan saja dan dimana saja namun kebutuhannya akan informasi tetap terpenuhi.

Maka tidak heran, hasil riset Counterpoint memperkirakan pelanggan streaming musik tumbuh melambat yakni sekitar 25% di tahun ini, dibanding pertumbuhan tahun lalu sebesar 32% karena orang beralih ke radio dan podcast selama pandemi corona (Burhan, 2020).

Kemunculan radio dimulai pada tahun 1896 ketika Guglielmo Marconi melakukan percobaan dan berhasil mengirim sinyal tanpa kabel sejauh dua mil. Kemudian pada tahun 1899 Marconi berhasil mengirim sinyal melintasi Terusan Inggris. Pada tahun 1906 Fessenden pertama kalinya menyiarkan suara dan musik.

Berdirinya radio KDKA tahun 1920 merupakan awal kemunculan radio sebagai unit usaha besar. Saat itu radio hanya digunakan untuk meliput pemilihan presiden. Sumber keuntungan radio didapatkan dari penjualan pesawat radio di masyarakat. Kemudian pada tahun 1922 stasiun radio WEAF menyiarkan program radio yang disponsori. Sejak itu, radio mulai mencari sumber dana dari iklan (Ks, 2009).

Ada tiga tipe radio menurut Usman (Ks, 2009) yaitu radio negara, radio publik, dan radio komersial. Radio negara tidak untuk mencari keuntungan tetapi sering digunakan untuk politik dan propaganda.

Radio tipe ini biasanya ada di negara-negara komunis. Pada masa orde baru, Radio Republik Indonesia (RRI) termasuk dalam tipe radio negara, namun saat ini sudah termasuk dalam radio publik sejak tahun 2005. Radio publik merupakan radio yang dipegang penuh oleh pemerintahan untuk menjalankan misi pemerintahan seperti menyebarkan informasi, pendidikan, dan hiburan bagi masyarakat.

Tipe radio ini juga tidak digunakan untuk mencari keuntungan karena biaya operasionalnya berasal dari subsidi pemerintah dan pajak warga negara. Sementara itu, radio komersial merupakan radio yang modal awal berasal dari perseorangan. Kepemilikannya juga perseorangan atau suatu lembaga swasta tertentu. Tipe radio ini memiliki sumber penghasilan dari iklan yang juga digunakan untuk biaya operasional.

Berbeda dengan radio, kemunculan podcast pada awalnya diperkenalkan oleh Steve Jobs di Apple untuk siaran atau broadcasting lewat perangkat iPod tahun 2001 naik daun di Indonesia sejak tahun 2018 (Kompas, 2020). Kehadiran podcast yang menghibur cukup mendukung penikmatnya. Aspek yang paling ditonjolkan adalah theatre of mind yang bermain karena penggunanya hanya menggunakan telinga.

Berdasarkan riset Edison Research and Triton Digital dalam Majalah Forbes edisi 18 November 2019, ada 62 juta orang AS yang mendengarkan podcast tiap pekan dan pada tahun 2013 mengalami kenaikan dari 19 juta orang.

Terdapat lebih dari 800.000 podcast aktif dengan 54 juta episode. Sementara laman Bilboard Indonesia menyebutkan, hingga Februari 2019 ada 185.000 judul podcast di Spotify.

Menariknya, ada beberapa lembaga yang memanfaatkan podcast sebagai sarana sosialisasi dan edukasi seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang sudah memiliki 99 episode dengan berbagai tema seputar antikorupsi untuk khalayak sasaran anak muda.

Ada banyak juga yang memanfaatkan podcast untuk menyampaikan berbagai hal seputar Covid-19. Bahkan ada yang hanya sekedar sharing tentang pengalamannya selama menghadapi pandemi dan ada yang berpesan mengenai bahaya Covid-19, cara-cara pencegahan dan lain sebagainya.

Di sisi lain, bahkan podcast digunakan sebagai perpanjangan tangan media untuk memperluas jangkauannya seperti media arus utama di luar negeri seperti The New York Times, CNN, BBC, Financial Times, atau The Economist. (Kompas, 2020).

Berdasarkan riset Counterpoint pada awal April 2020 salah satunya menyoroti naiknya permintaan layanan media streaming, diantaranya untuk berita yang disiarkan lewat podcast (Kompas, 2020).

Pendengar bisa bebas mendengarkan podcast kapan saja sesuai dengan topik pilihan konten yang unik, kreatif dan semakin mengerucut karena tidak memiliki jadwal untuk program-programnya seperti yang dimiliki oleh radio.

Tampilan pada podcast mirip vlog di saluran Youtube, namun tanpa visual. Jika tidak ingin streaming yang memerlukan jaringan internet, pendengar bisa mengunduh audio podcast terlebih dahulu, menyimpannya, dan memutarnya di saat yang diinginkan. Apalagi sebagian besar podcast bisa diunduh secara gratis (Armenia, 2018).

Sekalipun podcast lebih tersegmentasi dan lebih kekinian, namun bukan berarti kehadiran podcast bertujuan untuk mengancam radio. Kehadiran podcast justru bisa sebagai pelengkap radio, seperti yang sudah diterapkan oleh beberapa radio seperti RRI, Pro 1 Jakarta yang menggunakan podcast dalam melengkapi siarannya (RRI, n.d.).

Jadi, radio tidak perlu merasa terancam dengan kehadiran podcast yang justru mendukung ekonomi medianya. Dalam mempertahankan eksistensinya, menurut Henry Faizal Noor (dalam Noor, 2010) radio secara umum bisa membuat model ekonomi dengan menggunakan dua pendekatan yakni model statis (belajar dari masa lalu, learning from the past) dan model dinamis (belajar merancang masa depan, learning from the future).

Konten kreatif yang telah terprogram sejak lama, bisa tetap dipertahankan untuk menjaga kuantitas para pendengar setia, namun program yang harus dimodifikasi dengan era kekinian yang lebih terkonvergensi harus segera diuba, salah satunya adalah mengkombinasikan podcast seperti yang telah diterapkan RRI Pro 1 Jakarta. Dengan demikian, pendengar bisa memperoleh kepuasannya dan radio sebagai media bisa menjalankan fungsinya dalam memenuhi ruang dengar secara berkualitas dengan sinergi yang saling melengkapi.xx

About The Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *