Joe Biden, Katolik Roma; Harris, Protestan; Pimpin AS Empat Tahun ke Depan
Topvoxpopuli.com – Joseph Robinette atau Joe Biden, akhirnya terpilih sebagai presiden ke-46 Amerika Serikat (AS) setelah meraih lebih dari 270 suara elektoral dalam Pilpres Amerika 2020.
Politisi veteran dan beragama Katolik Roma itu itu sudah dua kali menjabat wakil presiden AS saat bersama Barack Obama pada 2008 dan 2012, lalu kini maju sebagai kandidat presiden AS dari Partai Demokrat.
Joe Biden maju menantang calon petahana, Donald Trump tidak terlepas dari peran calon Wakilnya, Kamala Harris, keturunan India dan Jamaika (ayah).
Kemenangan Joe Biden di Pemilu AS sekaligus menjadi capaian bersejarah untuk mitranya, Kamala Harris, yang beragama Hindu.
Rakyat AS luar biasa. Mereka tidak memandang latar belakang agama dan suku untuk menjadi pemimpin tertinggi di AS. Jadi empat tahun ke depan negara yang mayoritas penduduknya memeluknya agama Kristen Protestan (74%) dipimpin oleh Joe Biden yang beragama Katolik Romo didampingi Kamala Harris yang beragama Protestan, yang dibesarkan ibunya beragama Hindu.
Biden sebelumnya adalah anggota senat di negara bagian Delaware selama enam periode (24 tahun).
Joe Biden sempat bekerja sebagai pengacara sebelum beralih ke politik. Pada 1972, saat usianya 29 tahun, Biden terpilih pertama kalinya sebagai anggota senat di Delaware setelah mengalahkan petahana populer Republik, J Caleb Boggs.
Namun, kemenangan manis itu berakhir pada tragedi pahit karena beberapa minggu setelahnya terjadi kecelakaan mobil yang merenggut nyawa istrinya, Neilia, dan putri mereka yang baru berusia satu tahun, Naomi.
“Saya mulai memahami bagaimana keputusasaan hanya membuat orang mencari uang, bagaimana bunuh diri bukan hanya pilihan, tetapi pilihan rasional. Saya merasa Tuhan telah mempermainkan saya dan saya marah,” kata Biden menanggapi kecelakaan istri dan putrinya.
Berkat dorongan keluarganya, Biden memutuskan tetap berkomitmen untuk mewakili warga Delaware di Senat. Namun, dia melewati upacara pengambilan sumpah secara langsung, melainkan disumpah pertama kalinya untuk Senat dari kamar rumah sakit sambil menunggu dua putranya berusia balita yang selamat dari kecelakaan, Beau dan Hunter.
Pada 2015, tragedi kembali datang kepadanya saat salah satu putranya, Beau, meninggal karena kanker otak dalam usia 46 tahun. Beau dianggap “Biden muda” yang mengikuti jejak ayahnya terjun ke politik dan akan maju dalam pemilihan gubernur negara bagian Delaware pada 2016. Biden mengatakan Beau yang mendorongnya bangkit dan kembali maju dalam politik AS.
Dua tragedi keluarga itu kerap dikisahkan Biden dalam kampanye kepresidenannya. Dia ingin menjelaskan alasan perawatan kesehatan, sebagai salah satu sasaran kebijakan utamanya, sebagai hal yang pribadi untuknya.
Sebagai pemain lama Washington, Biden dikenal sebagai ahli dalam isu luar negeri dan menolong Obama saat menjadi presiden karena masih minim pengalaman eksekutif. Dia menjadi ketua dari Komite Hubungan Internasional Senat selama beberapa tahun.
Posisi kebijakan luar negerinya, antara lain mendorong pembatasan senjata dengan Uni Soviet, mempromosikan perdamaian dan stabilitas di Balkan, memperluas NATO, termasuk blok bekas Soviet, dan menentang Perang Teluk Pertama. Dia juga menolak kebijakan Presiden George W Bush dalam penanganan Perang Irak dan mendesak AS mengakhiri genosida di Darfur.
Biden sempat menjadi berita utama pada 2012 saat dia menyatakan “benar-benar nyaman” dengan pernikahan sesama jenis dan disepakati oleh Obama dengan pengesahan undang-undang.
Kamala Harris
Ada pun perjalanan Kamala Harris ke kursi Wakil Presiden AS bisa ditarik jauh sejak dirinya mengenyam pendidikan hukum di Howard University. Howard University sendiri dikenal sebagai kampus mahasiswa keturunan Afrika di Amerika.
Di sana, Harris belajar banyak soal hukum dan politik. Ia pun bergabung dengan persaudaraaan Alpha Kappa Alpha yang memang terkenal akan aktivismenya dan pandangan politiknya di Amerika.
Lulus dari Howard, Kamala Harris tidak sedikitpun melenceng dari misinya berkarir di politik. Ia bergabung dengan kantor Kejaksaan Alameda, menjadi asisten Pengacara Distrik. Dari situ, karir politiknya mulai dibangun.
Hasilnya mulai terasa di tahun 2003, Kamala Harris menjadi Pengacara Distrik San Fransisco. Dia menjadi perempuan kulit hitam pertama yang memegang posisi tersebut. Di tahun 2010, dia menjadi Jaksa Agung Negara Bagian California, lagi-lagi perempuan kulit hitam pertama di posisi itu.
Enam tahun kemudian, kembali dengan prestasi serupa, ia menjadi perempuan kulit hitam kedua di Amerika yang terpilih sebagai senator. Capaian-capaian itu, belakangan, menjadi pertimbangan Joe Biden untuk mencari mitranya di Gedung Putih. Joe Biden menginginkan wakil perempuan, dari kalangan minoritas, dan juga gesit untuk mengimbangi dirinya yang tua. Harris dirasa memenuhi semuanya.
Ibu dari Kamala Harris sempat berkata kepadanya, “Kamala, mungkin kamu akan menjadi yang pertama, tetapi jangan sampai kamu yang terakhir.”. [TVP/berbagai sumber/RH]